Balikpapan (Antaranews Kaltim) - Sebulan setelah hari raya Idul Fitri 1439 Hijriyah, harga telur di Balikpapan masih antara Rp1.700 hingga Rp2.000 per butir dari sebelum Idul Fitri yang Rp1.500-1.700.

"Harga naik sejak Ramadan lalu sebab peningkatan konsumsi dan kemudian juga karena keterbatasan pasokan,"kata Kepala Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Balikpapan Abdul Hakim, Sabtu, di Balikpapan. 

Peningkatan konsumsi itu antara lain dilihat dari banyaknya acara yang digelar masyarakat setelah Idul Fitri, mulai dari halal bihalal hingga pesta walimah perkawinan. Pasokan telur untuk Balikpapan didatangkan dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

 Menurut Hakim, keterbatasan pasokan karena penurunan jumlah produksi sebab pelarangan penggunaan antibiotic growth promoter dan ractopamine untuk ayam petelur. 

"Kami meninjau sejumlah peternak di Km 10 Balikpapan, antara lain hal pelarangan itu yang mereka sampaikan. Peternak juga masih mencoba-coba racikan pakan baru untuk mendapatkan kembali tingkat produksi semula," katanya. 

Di daerah asal telur seperti di Jawa Timur, terutama di Blitar, lanjut Hakim, harga jual di kandang atau di tingkat peternak sudah mencapai Rp24.500 dari biasanya Rp19.000 per kg untuk telur ukuran kecil. Hal ini juga membuat pasokan untuk Balikpapan berkurang. Sementara ini pasokan ke Balikpapan sekali dalam 2 minggu, dari biasanya setidaknya sekali setiap minggu. 

Dengan harga untuk telur ukuran kecil di tingkat peternak di daerah asal sudah mencapai itu, maka di Balikpapan yang menggunakan satuan butir dan rak (atau juga disebut piring), di mana satu rak telur adalah 30 butir atau lebih kurang 1,8 kg, ditambah ongkos kirim, maka terjadilah harga hingga Rp1.700-2.000 per butir atau Rp28.000 per kg untuk ukuran kecil, Rp31.000 untuk ukuran sedang, dan hingga Rp48.000 untuk ukuran besar. Selisih harga dari kandang hingga ke konsumen berkisar Rp4.500-6.500.

"Nilai selisih itu masih kita anggap wajar. Jadi kecil kemungkinan kenaikan harga telur ayam kini karena ulah distributor," kata Hakim. 

Kenaikan harga pakan ternak juga memberi pengaruh pada harga telur sebagai produk akhir itu. Hakim menjelaskan komponen pakan merupakan komponen biaya terbesar yang mencapai 35 persen dari total biaya produksi. Dengan melemahnya kurs rupiah terhadap dolar sementar ?bahan baku pakan ternak masih impor maka ?menyebabkan kenaikan harga pakan. 

Namun demikian, Hakim menegaskan, terhadap kenaikan harga telur ayam ini, KPPU akan tetap melaksanakan pengawasan pelaku usaha dan mengumpulkan data dan informasi benar tidaknya terjadi penurunan pasokan dari sentra dengan melakukan koordinasi dengan instansi teknis terkait seperti karantina dan pelaku usaha yang memiliki data distribusi melalui ekspedisi muatan kapal laut (EMKL/PBM). 

Selain itu KPPU tetap bersinergi dengan pemerintah daerah, Kantor Perwakilan BI selaku pengendali inflasi) dan Satgas Pangan untuk melakukan pengawasan sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing.(*)

 

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018