Samarinda (Antaranews Kaltim) - Kesejahteraan petani di Provinsi Kalimantan Timur secara umum belum juga membaik seiring kembali menurunnya nilai tukar petani pada April 2018 yang tercatat hanya 96,43 poin.

"Angka keseimbangan NTP (nilai tukar petani) adalah 100. Jika NTP di atas 100 berarti petani sejahtera, jika di bawah 100 berarti tidak berdaya, dan jika NTP 100 berarti petani tidak untung dan tidak rugi," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim Atqo Mardiyanto dihubungi di Samarinda, Minggu.

Pada Maret lalu, lanjutnya, NTP Kaltim tercatat 97,06 poin atau turun 0,70 persen ketimbang Februari, sedangkan pada April kembali turun menjadi 96,43 poin atau turun 0,65 persen.

Menurut Atqo, penurunan NTP disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan, sementara indeks harga yang dibayar petani mengalami peningkatan.

Jika dirinci dari lima subsektor pertanian yang disurvei BPS Kaltim, jelas Atqo, NTP tanaman pangan tercatat 94,87 poin, hortikultura 94,99, tanaman perkebunan rakyat 89,31, peternakan 107,16 dan NTP perikanan tercatat 102,89 poin.

Dari lima subsektor pertanian tersebut berarti hanya ada dua subsektor yang kehidupan petaninya lebih sejahtera karena NTP-nya tercatat di atas 100, yakni petani ternak dan petani ikan," ujarnya.

Kendati demikian, pada April 2018 terdapat dua subsektor pertanian yang NTP-nya mengalami peningkatan, yakni hortikultura yang naik 1,82 persen dan peternakan meningkat 0,72 persen.

Sementara tiga subsektor lainya mengalami penurunan, yakni NTP tanaman pangan turun 0,94 persen, perkebunan rakyat minus 3,25 persen, dan perikanan mengalami penurunan 0,48 persen.

Atqo melanjutkan bahwa nilai tukar usaha rumah tangga pertanian di Kaltim pada April 2018 tercatat 107,88 poin atau turun 0,35 persen ketimbang Maret sebesar 108,26 poin.

Ia menjelaskan bahwa NTP merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di kawasan perdesaan.

"NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, maka secara relatif makin kuat pula daya beli petani," ucap Atqo.(*)
 

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018