Samarinda (Antaranews Kaltim) - Pemerintah pusat dan daerah diminta memberikan perhatian lebih bagi pendidikan anak-anak autis, karena mereka merupakan anak istimewa dan memiliki kemampuan lebih dalam bidang tertentu yang perlu dikembangkan.

"Para siswa autis harus mendapatkan pendidikan yang layak dan setara dengan anak-anak lain, karena prinsip pendidikan memang tidak boleh ada diskriminasi," ujar Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian saat mengunjungi Sekolah Khusus Pelita Bunda di Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu.

Ketika mengunjungi sekolah yang menampung anak berkebutuhan khusus tersebut, Hetifah mengatakan bahwa anak-anak autis merupakan anak-anak yang hebat dan istimewa, karena mereka memiliki bakat dan kemampuan tertentu yang tidak dimiliki anak lain.

Namun, untuk mengembangkan bakat tersebut diperlukan keahlian khusus dan juga harus ditangani guru khusus.

Untuk itu, pemerintah perlu melengkapi berbagai fasilitas penunjangnya, apalagi setiap anak berhak mendapat pendidikan yang layak karena konstitusi negeri ini melindungi keberadaan anak-anak autis dan menjamin mereka mendapat pendidikan.

Legislator dari daerah pemilihan Kaltim ini juga meminta agar pemerintah memerhatikan sarana dan prasarana belajar bagi murid-murid autis, mengingat masih ada sekolah berkebutuhan khusus yang tidak memiliki fasilitas lengkap.

"Pemerintah dan semua pihak terkait, termasuk saya sebagai legislator harus terus memperjuangkan dan memberikan perhatian sarana maupun prasarana untuk murid autis. Kesejahteraan guru-guru juga harus diperhatikan agar anak-anak autis juga mendapat pendidikan yang layak," kata politisi dari Partai Golkar ini.

Sementara itu, Farah Flamboyant, salah seorang tenaga pendidik di Sekolah Khusus Pelita Bunda, mengatakan bahwa masalah utama yang dihadapi anak-anak autis di sekolah umum adalah kurangnya penerimaan baik dari teman, guru maupun sekolah.

"Sebenarnya anak autis secara fisik tidak ada masalah, namun masalah yang justru muncul adalah kadang anak autis tidak diakui oleh guru dan sekolah. Makanya harus ada pendidikan guru berkebutuhan khusus, sehingga anak-anak autis mendapat pendidikan lebih layak sesuai yang dibutuhkan," tutur Farah.

Ia berharap perguruan tinggi yang mengadakan kuliah kerja nyata (KKN) dapat berpartisipasi dalam pendidikan anak-anak autis, tujuannya adalah untuk membantu mereka yang memerlukan sentuhan khusus sekaligus menyadarkan masyarakat bahwa anak autis juga perlu perhatian, bukan malah dijauhi.

"Biasanya mahasiswa yang melakukan KKN mengajar di sekolah-sekolah umum, sangat minim perhatian mereka pada murid autis. Padahal, kami ingin ada perguruan tinggi atau universitas yang ketika menurunkan mahasiswa KKN turut berpartisipasi mendidik anak autis agar makin banyak orang yang bisa memahami bagaimana seharusnya memperlakukan anak autis," ucap Farah. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018