Balikpapan (ANTARA News Kaltim) - PT Angkasa Pura Bandara Sepinggan Balikpapan Kalimantan Timur menyatakan terperosoknya Pesawat Lion Air JT673 di ujung landasan diduga terjadi karena "human error" selain cuaca buruk berupa hujan yang disertai angin.

"Ada saksi mata yang melihat pesawat mulai mendarat tidak persis di ujung landasan, tapi agak ke tengah," kata Airport Duty Manager PT Angkasapura Bandara Sepinggan, Indrata, di Balikpapan, Minggu.

Dengan mendarat agak maju dari titik seharusnya di landasan sepanjang 2500 meter tersebut, diduga pesawat kehabisan jarak, atau tidak memiliki jarak yang cukup untuk mengurangi kecepatan hingga dapat bermanuver di darat.

"Jadi akhirnya pesawat tiba di 'overrun' dan rodanya terperosok," katanya lagi.

Dia mengatakan "overrun" sendiri memang dibangun sedemikian rupa, dengan aspal lunak, untuk menjebak pesawat agar dalam keadaan darurat seperti itu tidak terus menyelonong ke luar landasan, atau bahkan ke laut.

Dalam keadaan normal, pesawat seperti Boeing 737 atau Airbus 320 mendarat di salah satu ujung landasan bergantung kepada arah angin, dimana pesawat harus melawan angin lalu meluncur di landasan hingga ke ujung lain landasan sepanjang 2500 meter tersebut sambil mengurangi kecepatan, baru kemudian berbelok menuju apron hingga akhirnya berhenti sempurna.

Sebelumnya, Pesawat Boeing 737 900ER milik maskapai penerbangan Lion Air terperosok di ujung landasan pacu Bandara Internasional Sepinggan, Balikpapan, pukul 07.25 Wita.

Sampai pukul 19.00 Wita, roda pesawat Boeing 737 900ER tersebut masih belum berhasil dikeluarkan dari lubang terperosoknya. Berat kosong pesawat ini adalah 78,240 ton. 

Pesawat ini berangkat dari Bandara Juwata, Tarakan, Kalimantan Timur, pukul 06.30 Wita. Pesawat mengangkut 193 penumpang, termasuk 5 bayi. Pesawat membawa 7 kru, termasuk pilot M Sujud dan copilot Jayant Singh dan semua penumpang selamat.

Keempat roda belakang pesawat tenggelam hingga 40 cm di area "overrun" di ujung landasan.

Karena kejadian tersebut Bandara Sepinggan ditutup selama 8 jam, dan baru dibuka kembali pukul 15.00 Wita meski pesawat yang terperosok belum berhasil dievakuasi. Bandara beroperasi dengan panjang landasan hanya 2.250 meter dari panjang maksimal 2.500 meter.

4.000 Penumpang

Penundaan 35 penerbangan ini menyebabkan hingga 4.000 ribu penumpang tertumpuk di Bandara. Mereka menunggu di berbagai tempat di kawasan bandara yang masih dalam pengembangan tersebut.

"Memang tidak ada yang kami bisa lakukan selain menunggu saja," kata Charles Tanzil, penumpang Lion Air tujuan Makassar pukul 14.35 Wita.

Ketika ditemui Charles tengah makan siang yang dibagikan pihak airlines karena terpaksa menunggu tersebut. Tidak hanya itu, ada 7 pesawat yang sudah airborne, sudah berada di udara dan sedianya dalam beberapa menit mendarat setelah Lion dari Tarakan tersebut, terpaksa dialihkan pendaratannya dan 2 pesawat kembali ke bandara semula.

Pesawat Batavia Air dari Manado, Citilink dari Surabaya, Sriwijaya Air dari Jakarta, dan pesawat evakuasi medis Medivac dari Singapura terpaksa mendarat di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarmasin. 

Dialihkan mendarat ke Makassar dua pesawat Lion Air sendiri, Batavia Air 251 dari Jakarta, dua Garuda 510 dan 512 dari Jakarta, dan Citilink 090 asal Jakarta, termasuk Air Asia 482 dari Kuala Lumpur.

Landasan pacu nomor 07 dimana di ujungnya Boeing 737 900ER milik Lion Air yang terperosok, bisa digunakan lagi pada pukul 15.00 Wita, maka perlahan-lahan penumpukan penumpang berkurang.

Pesawat Airbus 320 milik Air Asia yang penumpangnya sempat mengeluh akhirnya berangkat ke Kuala Lumpur pukul 19.00 Wita.

Sementara bagi para penumpang pesawat yang terperosok itu sendiri, kejadian tersebut baru disadari setelah mereka selama 10 menit tertahan di ujung landasan.

"Pilot mengumumkan pesawat berhenti dan kita turun di sini, semua penumpang disilakan turun dari pintu depan dan langsung masuk bus untuk ke terminal," kata Husni Djau, 50 tahun, karyawan Dinas Perhubungan Tarakan yang kemudian meneruskan perjalanan ke Jakarta.

Setelah turun itulah, dengan cuaca hujan gerimis itu, para penumpang melihat roda pesawat tenggelam hingga sepertiganya.

"Di dalam pesawat tak terasa apa-apa. Tidak ada getaran atau hentakan, atau apa pun. Ketika kita tertahan itu, pramugari mengumumkan untuk tetap tenang sambil kita menunggu jemputan dari terminal," sambung Husni. (*)

Pewarta:

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011