Samarinda (Antaranews Kaltim) -  Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) memperkirakan pertumbuhan pertanian dalam arti luas pada daerah ini di triwulan IV-2017 mengalami perlambatan ketimbang triwulan sebelumnya.

"Pada triwulan IV-2017, pertanian Kaltim diperkirakan tumbuh sedikit lebih rendah ketimbang triwulan sebelumnya (triwulan III-2017) yang tumbuh 4,3 persen years on years (yoy)," ujar Kepala BI Kantor Perwakilan Provinsi Kaltim Muhammad Nur di Samarinda, Selasa.

Perkiraan perlambatan ini, katanya, didasarkan pada beberapa hal, diantaranya adalah puncak panen tanaman pangan yang sudah terjadi pada triwulan II, kemudian kebijakan Pemprov Kaltim melakukan moratorium perkebunan kelapa sawit.

Berdasarkan pola perkembangan sebelumnya, kata dia, pertumbuhan pertanian Kaltim melambat dari 5,0 persen yoy di triwulan II, menjadi 4,3 persen di triwulan III-2017.

"Perlambatan kinerja sektor pertanian sesuai dengan pola historisnya, yakni sub-lapangan usaha tanaman pangan yang puncak panen terjadi di triwulan II-2017 yoy," katanya.

Perlambatan juga terjadi di sub-lapangan usaha perkebunan yang didominasi oleh komoditas kelapa sawit. Sementara harga tandan buah segar (TBS) Kaltim triwulan tercatat lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.

Perlambatan subsektor perkebunan tercermin dari penurunan volume perdagangan antardaerah untuk komoditas biji sawit di triwulan III-2017, termasuk pengaruh pergerakan harga TBS Kaltim.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Pelindo IV Samarinda, lanjut Nur, data muat dalam negeri untuk ekspor antardaerah komoditas biji sawit, pada triwulan III-2017 tercatat 2,1 ribu ton, atau lebih rendah ketimbang triwulan II yang sebesar 4,2 ribu ton.

Penurunan ekspor antardaerah untuk biji sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga TBS Kaltim yang menunjukkan adanya penurunan pada triwulan III.

Harga TBS Kaltim triwulan III tercatat Rp1.486,58 per kg, mengalami penurunan ketimbang triwulan sebelumnya yang rata-rata Rp1.614,07 per kg.

Dari sisi pembiayaan, kredit pertanian mengalami perlambatan, yakni tumbuh 14,9 persen pada triwulan III dengan tingkat risiko yang masih terjaga pada level 0,2 persen.

Sementara untuk kredit perikanan pada triwulan III tumbuh sebesar 36,4 persen yoy, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan kredit triwulan II yang tercatat 26,4 persen.

"Risiko kredit di sektor perikanan triwulan III 2017 sebesar 3,1 persen, lebih tinggi dibandingkan risiko kredit pertanian, namun masih berada di bawah batas normal 5 persen," ucapnya.

Pada usaha perkebunan, Pemprov Kaltim memberlakukan kebijakan moratorium pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit yang berlaku sejak 29 September 2017.

Kebijakan ini dilakukan untuk menjaga kelestarian hutan primer yang tersisa di Kabupaten Berau, Kutai Timur, Kutai Barat dan di Kota Balikpapan.

Melihat perkembangan ini, maka untuk sub lapangan usaha tanaman pangan, perlambatan kinerja diperkirakan terus berlanjut di triwulan IV-2017 sesuai dengan pola historisnya.

"Sementara perkembangan lapangan usaha pertanian dalam arti luas hingga triwulan IV-2017 dan mempertimbangkan risiko-risiko di triwulan IV, lapangan usaha pertanian tahun 2017 diperkirakan meningkat karena bertambahnya lahan pertanian dan membaiknya harga komoditas," katanya. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018