Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Kalimatan Timur menurunkan tim untuk mengusut tewasnya seorang pelajar di Samarinda yang juga ternyata putra seorang aparat Polri.

"Sejak kemarin (Minggu) kami telah menurunkan tim yang terdiri tiga orang anggota Bidang Propam ke Samarinda untuk melakukan investigasi terkait meninggalnya seorang anak SMU yang ditangkap Satuan Reskrim Polresta Samarinda," kata Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan Polda Kaltim, Ajun Komisaris Besar Polisi Armed Wijaya dihubungi dari Samarinda, Senin.

Tim yang diturunkan tersebut, kata Armed Wijaya akan mengumpulkan keterangan untuk mengetahui penyebab kematian Ramadhan Suhudin (16) yang tewas secara misterius setelah sempat ditangkap polisi pada Minggu dinihari.

"Kami belum tahu apakah korban meninggal saat masih di Polresta Samarinda atau di rumah sakit sebab saat ini tim masih melakukan pemeriksaan. Kami akan memeriksa semua pihak termasuk rekan korban yang melihat proses penangkapan maupun anggota Reskrim yang melakukan penangkapan saat itu," katanya.

"Jika ada unsur kelalain maka siapapun akan ditindak tegas namun jika sudah sesuai prosedur mari kita menghargai tugas mereka (Reskrim Polresta Samarinda). Saat itu memang anggota Reskrim Polresta Samarinda tengah melaksanakan tugas dan berhasil menangkap beberapa orang termasuk korban," ungkap Armed Wijaya.

Kabid Propam Polda Kaltim itu juga mengaku belum bisa memastikan motif penangkapan anak polisi yang tewas tersebut.

"Saya belum tahu sebab anggota saya masih melakukan penyelidikan. Kami juga belum bisa memastikan penyebab kematian anak itu sebab masih menunggu proses otopsi," kata Armed Wijaya.

Tewasnya anak polisi bernama Ramadhan Suhudin, siswa Kelas II SMA Islam Samarinda baru diketahui pihak keluarga pada Minggu pagi sekitar pukul 09. 00 WITA, tanpa diketahui penyebabnya.

"Kami baru tahu kalau Ramadhan atau yang biasa disapa Madan meninggal sekitar pukul 09.00 Wita," kata paman korban, La bia, ditemui di kamar mayat RSUD AW. Sjahranie Samarinda, Minggu malam.

Menurutnya, bapak korban yang bertugas di Polsek Kawasan Pelabuhan Samarinda mendapat telepon dari seorang polisi dari Polresta Samarinda dan menanyakan apakah Madan pernah mengidap penyakit, namun setelah dijawab tidak polisi tersebut langsung mengabarkan bahwa anak tersebut sudah berada di kamar mayat Rumah Sakit Dirgahayu.

"Pada bagian hidung, mata dan telinga terlihat ada luka memar sementara bajunya terdapat bercak darah. Sampai saat ini kami tidak tahu penyebab kematian dan alasan penangkapannya," kata La Bia.

Sebelum meninggal Ramadhan kata La Bia masih sempat  berbicara dengan bapaknya melalui telepon genggam pada Minggu dinihari pada 02. 30 Wita dan kondisinya saat itu masih segar.

"Salah seorang rekan korban, La Bamba mengatakan, pada Minggu dinihari dia sempat melihat Madan ditangkap polisi dan saat dinaikkan ke mobil tubuhnya dibanting. Namun, keberadaan La Bamba saat ini belum diketahui padahal pada Minggu pagi dia sempat dibawa ke Polresta Samarinda," ungkap La bia.

Pihak keluarga kata dia menduga Madan tewas akibat penganiayaan ketika diamankan polisi.

"Saksi kunci yang melihat Madan ditangkap saat ini juga tidak diketahui keberadaannya. Kami mendesak pihak berwenang mengusut kasus ini dan bapak korban akan melaporkan kasus ini ke Polresta Samarinda agar kematian anaknya diusut," kata Labiya.

Dari pantauan hingga Senin petang, jasad Ramadhan masih terlihat berada di kamar mayat RSUD AW. Sjahranie Samarinda.

"Jasadnya disimpan di ruang pendingan karena proses pemakaman menunggu ibunya yang masih dalam perjalanan dari Kendari (Sulawesi Tenggara). Saat ibunya tiba korban akan segera dimakamkan," ungkap La Bia. (*)

Pewarta:

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011