Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pihak terkait di Kecamatan Long Pahangai, salah satu kawasan di Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, yang berbatasan dengan Malaysia, akan coba membangkitkan kembali potensi lokal yang pernah jaya dan mampu mencukupi kebutuhan lokal.

"Dulu warga Long Pahangai membuat gula sendiri, membuat kopi sendiri, bahkan menghasilkan pangan beras dan nonberas secara mandiri, namun kini bergeser karena lebih suka membeli kebutuhan dari luar. Kemampuan inilah yang akan kami bangkitkan lagi," tutur Camat Long Pahangai Lawing Ngau di Samarinda, Selasa.

Dalam sejarah pertumbuhan penduduk di Long Pahangai, lanjutnya, hampir setiap kepala keluarga (kk) memiliki tanaman tebu dan memiliki peralatan sederhana untuk memeras tebu, kemudian mengolahnya menjadi gula, sehingga ketika ada acara adat atau acara tertentu, maka masing-masing kk memproduksi gula secara mandiri.

Namun seiring dengan perkembangan zaman dan banyaknya pedagang gula yang masuk ke kawasan itu, warga kemudian lebih tertarik membeli karena merasa lebih praktis dan merasa kualitas gula yang dijual lebih putih, padahal dari sisi rasa tentu sama.

Mengingat pergeseran pola pikir yang suka membeli, lanjut dia, kini di Long Pahangai tinggal 1-2 kk saja yang masih mempertahankan tanaman tebu dan bisa memproduksi gula secara mandiri karena peralatan sederhananya masih disimpan.

Kemudian untuk tanaman kopi pun demikian, yakni dulunya terdapat lahan kopi yang luas dan subur sehingga dari bijih kopi hasil panen petani setempat, kemudian digiling atau ditumbuk secara mandiri untuk mencukupi permintaan lokal.

Termasuk padi sawah dan padi ladang. Untuk padi sawah dulu pernah berjalan baik ketika masih dilakukan pendampingan dari suatu lembaga, namun kini tidak jalan karena kurangnya pembinaan.

Sedangkan untuk padi ladang, sampai sekarang masih berjalan secara tradisional dan berpindah namun masih dalam satu hamparan ladang, kemudian mereka akan kembali lagi sekitar lima tahun ke titik yang sebelumnya ditanami padi, karena mereka belum mengenal pupuk, pengairan dan teknologi pertanian.

"Jika semua potensi lokal ini mendapat pembinaan, saya yakin mereka bisa meningkatkan kualitas produksinya karena dasar mereka sebenarnya adalah bercocok tanam, hanya tinggal dipoles, dibina, dan diarahkan agar kualitas produksinya lebih baik," ucap Lawing.

Untuk itu, lanjutnya, mulai 2018 ia mengarahkan masing-masing kampung mengembangkan potensi lokal sesuai dengan kondisi terkini, karena di satu kampung ada yang masih memiliki tanaman tebu, kopi, kakao, kopi, dan kawasan padi ladang.

Menurutnya, luas tanaman kakao di Long Pahangai lebih dari 300 hektare (ha), kemudian lahan padi ladang sekitar 1.000 ha. Dulu, tanaman kopi lebih luas ketimbang lahan kakao sekarang, namun seiring kualitas produksi kopi yang menurun, petani kemudian beralih tanam kakao.

"Saya sudah merancang mengangkat potensi ekonomi per kampung. Jika di kampung A potensial kopi, maka produk unggulan ini yang dikembangkan. Jika potensial tebu, maka produksi gula yang akan diunggulkan. Begitu seterusnya, pokoknya akan dikembangkan produk unggulan sesuai dengan potensi dan aset pendukung di lokal kampung," ujar Lawing. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017