Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Sejak Jumat 1 Desember hujan disertai angin kencang berkecepatan lebih dari 35 knot per jam selalu berembus di Balikpapan, Kalimantan Timur, selepas tengah malam.
"Kami perkirakan berlangsung hingga dua pekan ke depan," kata Kepala Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Balikpapan Ibnu Sulistyo, di Balikpapan, Minggu.
Menurutnya, kota-kota lain di Kalimantan Timur yang juga mengalami hal tersebut adalah Bontang, Sangatta, dan sebagian Kutai Barat meliputi Melak, Barong Tongkok, dan Sekolaq Darat.
Diyakini pola hujan dan angin yang sedang terjadi tersebut masih merupakan imbas dari Siklon Cempaka yang terbentuk di Samudra Hindia di selatan Jawa.
Menurut Kepala Stasiun BMKG Balikpapan, angin berkecepatan lebih dari 25 knot per jam sudah dikategorikan ekstrem. Angin dengan kecepatan setara 50 km per jam itu, sudah mampu mengayun-ayunkan cabang pohon yang besar. Payung akan terbang bila dipakai saat angin ini berembus.
Sementara itu, angin berkecepatan 36 knot atau lebih kurang 72 km per jam sudah mampu mematahkan ranting dan cabang yang melawan angin. Karena itu, ujar Sulistyo, angin sekencang itu membawa potensi bencana pohon tumbang, gelombang laut tinggi, hingga banjir dan tanah longsor.
Sulistyo menjelaskan, dalam kecepatan angin 20 knot saja gelombang di laut bisa mencapai dua meter. Dengan kecepatan angin di atas 30 knot tinggi gelombang diperkirakan bisa empat meter.
"Masih memungkinkan melaut bagi nelayan, namun hendaknya perangkat seperti rompi keselamatan dipakai," kata Sulistyo menyarankan. Apalagi nelayan umumnya berangkat pada awal malam atau saat cuaca masih relatif baik.
Secara umum tinggi gelombang laut di perairan Selat Makassar adalah setengah hingga satu meter. Di selat ini biasanya melaut para nelayan Balikpapan dan pesisir timur Pulau Kalimantan, dari Kotabaru hingga Tanjung Batu, Berau.
Namun, bila angin secepat 35 knot tersebut berembus, gelombang dan ombak yang diciptakannya bisa menjungkirbalikkan kapal nelayan.
Sulistyo juga memaparkan bahwa dari seluruh wilayah Kaltim, BMKG menaruh atensi terhadap empat daerah, yakni Berau, Kutai Timur, Kutai Kartanegara, dan Kutai Barat.
Kabupaten-kabupaten yang secara geografis berada di pesisir itu, kecuali Kutai Barat yang berada di lembah Sungai Mahakam, menjadi rawan banjir.
"Sebab wilayah tersebut bakal diguyur hujan dengan intensitas tinggi dibanding daerah lainnya hingga Februari 2018, dan di Balikpapan sendiri curah hujan pada Desember ini di atas normal. Jadi juga tetap waspada," kata Sulistyo pula. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
"Kami perkirakan berlangsung hingga dua pekan ke depan," kata Kepala Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Balikpapan Ibnu Sulistyo, di Balikpapan, Minggu.
Menurutnya, kota-kota lain di Kalimantan Timur yang juga mengalami hal tersebut adalah Bontang, Sangatta, dan sebagian Kutai Barat meliputi Melak, Barong Tongkok, dan Sekolaq Darat.
Diyakini pola hujan dan angin yang sedang terjadi tersebut masih merupakan imbas dari Siklon Cempaka yang terbentuk di Samudra Hindia di selatan Jawa.
Menurut Kepala Stasiun BMKG Balikpapan, angin berkecepatan lebih dari 25 knot per jam sudah dikategorikan ekstrem. Angin dengan kecepatan setara 50 km per jam itu, sudah mampu mengayun-ayunkan cabang pohon yang besar. Payung akan terbang bila dipakai saat angin ini berembus.
Sementara itu, angin berkecepatan 36 knot atau lebih kurang 72 km per jam sudah mampu mematahkan ranting dan cabang yang melawan angin. Karena itu, ujar Sulistyo, angin sekencang itu membawa potensi bencana pohon tumbang, gelombang laut tinggi, hingga banjir dan tanah longsor.
Sulistyo menjelaskan, dalam kecepatan angin 20 knot saja gelombang di laut bisa mencapai dua meter. Dengan kecepatan angin di atas 30 knot tinggi gelombang diperkirakan bisa empat meter.
"Masih memungkinkan melaut bagi nelayan, namun hendaknya perangkat seperti rompi keselamatan dipakai," kata Sulistyo menyarankan. Apalagi nelayan umumnya berangkat pada awal malam atau saat cuaca masih relatif baik.
Secara umum tinggi gelombang laut di perairan Selat Makassar adalah setengah hingga satu meter. Di selat ini biasanya melaut para nelayan Balikpapan dan pesisir timur Pulau Kalimantan, dari Kotabaru hingga Tanjung Batu, Berau.
Namun, bila angin secepat 35 knot tersebut berembus, gelombang dan ombak yang diciptakannya bisa menjungkirbalikkan kapal nelayan.
Sulistyo juga memaparkan bahwa dari seluruh wilayah Kaltim, BMKG menaruh atensi terhadap empat daerah, yakni Berau, Kutai Timur, Kutai Kartanegara, dan Kutai Barat.
Kabupaten-kabupaten yang secara geografis berada di pesisir itu, kecuali Kutai Barat yang berada di lembah Sungai Mahakam, menjadi rawan banjir.
"Sebab wilayah tersebut bakal diguyur hujan dengan intensitas tinggi dibanding daerah lainnya hingga Februari 2018, dan di Balikpapan sendiri curah hujan pada Desember ini di atas normal. Jadi juga tetap waspada," kata Sulistyo pula. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017