Balikpapan (ANTARA News Kaltim) - Untuk memenuhi kebutuhan hewan kurban Idul Adha 1432 Hijriyah, Balikpapan "mengimpor" 2.800 ekor sapi dan 1.200 kambing dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
"Sebab dari para peternak di Balikpapan sendiri, kemampuannya hanya 500 ekor, sementara bila Idul Adha kita perlu hingga 3.000 ekor sapi," kata Kepala Bidang Kehewanan dan Peternakan, Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan (DKPP) Kota Balikpapan Budijanto di Balikpapan, Rabu.
Sapi yang didatangkan umumnya adalah sapi bali, sapi yang merupakan keturunan campuran antara sapi yang sudah jinak dengan banteng. Sapi ini umum diternakkan di Sulawesi dan Nusa Tenggara.
"Begitu masuk Balikpapan, sapi-sapi dan kambing tersebut akan dikarantina untuk diperiksa kesehatannya. Ini untuk menjaga agar jangan sampai masyarakat mengonsumsi daging yang tidak sehat," jelas Budijanto.
Hewan yang sudah diperiksa akan mendapatkan sertifikat atau surat sehat hewan ternak. Sapi dan kambing dari Balikpapan sendiri juga akan diperiksa dan dikarantina sebelum masuk pasar ternak. Juga hanya hewan yang sehat yang akan mendapat sertifikat sehat.
Penyakit yang lazim ditemui dari sapi dan kambing yang didatangkan ke Balikpapan adalah penyakit cacing daun. Penyakit ini terlihat jelas begitu sapi dipotong dan diperiksa organ dalamnya, terutama hati.
"Itu kami temukan Lebaran tahun lalu di beberapa rumah pemotongan hewan. Segera setelah kami temukan cacing di hati hewan tersebut, segera juga hati hewan tersebut dimusnahkan," katanya.
Di luar Idul Adha, penduduk Balikpapan memerlukan antara 900-1.000 ekor sapi per bulan, atau rata-rata 30 ekor sapi per hari. Dari jumlah itu, yang bisa dipenuhi peternak lokal tak sampai sepertiganya.
Karena kemampuan peternak lokal yang sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan pasar Balikpapan itu, Pemkot berusaha meningkatkan kemampuan mereka dengan menjalin berbagai bentuk kerja sama dengan sejumlah pihak, antara lain dengan Australia, negara yang terkenal dengan peternakan dan berbagai produk peternakannya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011
"Sebab dari para peternak di Balikpapan sendiri, kemampuannya hanya 500 ekor, sementara bila Idul Adha kita perlu hingga 3.000 ekor sapi," kata Kepala Bidang Kehewanan dan Peternakan, Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan (DKPP) Kota Balikpapan Budijanto di Balikpapan, Rabu.
Sapi yang didatangkan umumnya adalah sapi bali, sapi yang merupakan keturunan campuran antara sapi yang sudah jinak dengan banteng. Sapi ini umum diternakkan di Sulawesi dan Nusa Tenggara.
"Begitu masuk Balikpapan, sapi-sapi dan kambing tersebut akan dikarantina untuk diperiksa kesehatannya. Ini untuk menjaga agar jangan sampai masyarakat mengonsumsi daging yang tidak sehat," jelas Budijanto.
Hewan yang sudah diperiksa akan mendapatkan sertifikat atau surat sehat hewan ternak. Sapi dan kambing dari Balikpapan sendiri juga akan diperiksa dan dikarantina sebelum masuk pasar ternak. Juga hanya hewan yang sehat yang akan mendapat sertifikat sehat.
Penyakit yang lazim ditemui dari sapi dan kambing yang didatangkan ke Balikpapan adalah penyakit cacing daun. Penyakit ini terlihat jelas begitu sapi dipotong dan diperiksa organ dalamnya, terutama hati.
"Itu kami temukan Lebaran tahun lalu di beberapa rumah pemotongan hewan. Segera setelah kami temukan cacing di hati hewan tersebut, segera juga hati hewan tersebut dimusnahkan," katanya.
Di luar Idul Adha, penduduk Balikpapan memerlukan antara 900-1.000 ekor sapi per bulan, atau rata-rata 30 ekor sapi per hari. Dari jumlah itu, yang bisa dipenuhi peternak lokal tak sampai sepertiganya.
Karena kemampuan peternak lokal yang sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan pasar Balikpapan itu, Pemkot berusaha meningkatkan kemampuan mereka dengan menjalin berbagai bentuk kerja sama dengan sejumlah pihak, antara lain dengan Australia, negara yang terkenal dengan peternakan dan berbagai produk peternakannya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011