Samarinda (ANTARA Kaltim) - Tingkat perubahan harga bahan kebutuhan pokok di Provinsi Kalimantan Timur pada Oktober 2017 makin terkendali, ditandai dengan adanya penurunan harga alias berdeflasi hingga 0,19 persen (mtm) sehingga daya beli masyarakat tidak terganggu.

"Pada bulan sebelumnya (September), harga bahan pokok di Kaltim juga mengalami deflasi yang mencapai 0,01 persen, sementara inflasi secara nasional pada Oktober sebesar 0,001 persen," ujar Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Kaltim Sithowati Sandrarini di Samarinda, Rabu.

Penyebab terjadinya deflasi di Kaltim pada Oktober adalah kelompok bahan makanan yang memiliki andil minus 0,301 persen, namun laju deflasi tersebut tertahan oleh inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dengan andil sebesar 0,072 persen.

Apabila dihitung secara tahunan, lanjutnya, inflasi Kaltim mengalami penurunan, yakni dari 3,65 persen (yoy) pada September menjadi 3,54 persen (yoy) pada Oktober.

"Serupa dengan bulan sebelumnya, capaian inflasi tahunan Kaltim masih lebih rendah dari inflasi tahunan nasional yang mencapai 3,58 persen (yoy)," tutur Wati.

Ia melanjutkan bahwa inflasi Kaltim secara perhitungan tahun kalender (Januari-Oktober 2017) tercatat sebesar 2,26 persen (ytd).

Sedangkan berdasarkan kota pembentuknya, maka deflasi yang terjadi di Kaltim dipengaruhi oleh deflasi di Samarinda yang mencapai 0,17 persen (mtm) atau 4,25 persen (yoy), sementara di Kota Balikpapan mengalami deflasi 0,22 persen (mtm) atau 2,64 persen (yoy).

Dilihat dari komponen pembetuknya, deflasi yang terjadi di Kaltim sangat dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi dari kelompok volatile foods (harga bergejolak), sedangkan kelompok administered prices (harga yang ditentukan pemerintah) dan kelompok core (inti) masih terkendali.

Secara umum, lanjutnya, deflasi pada Oktober 2017 disebabkan oleh deflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan dengan subkelompok komoditi bumbu-bumbuan yang minus 7,34 persen.

Deflasi pada subkomoditi bumbu-bumbuan umumnya disebabkan oleh turunnya harga bawang merah dan cabai rawit, hal tersebut dikarenakan masih berlanjutnya panen di daerah sentra produksi seperti komoditas beras.

Kenaikan pasokan cabai rawit juga akibat dari gerakan menanam cabai di berbagai wilayah sebagai respon kenaikan harga cabai rawit beberapa bulan lalu, sehingga harga cabai cukup terkendali.

Ia melanjutkan bahwa Bank Indonesia, Pemprov Kaltim dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) senantiasa memantau perkembangan pergerakan inflasi secara khusus dan perekonomian secara umum baik domestik maupun eksternal.

"Beberapa fokus utama masih sama dengan periode sebelumnya, yakni memastikan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi pangan pokok, terutama dalam musim penghujan akhir 2017 dan distribusi energi (BBM dan LPG), peningkatan kualitas infrastruktur dan sarana logistik, termasuk menjaga efektivitas komunikasi kepada masyarakat mengenai informasi harga pangan," katanya. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017