Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Sebanyak tiga orang penilai lomba komunitas peduli sungai dari Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengunjungi komunitas Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis.

"Saat kami menyusuri Sungai Karang Mumus tadi, masalah yang ada memang sangat banyak karena di situ ada MCK, banyak rumah warga di bantaran sungai dan tak ramah sungai, bahkan ada rumah pemotongan hewan," ujar Yudi, salah seorang anggota tim penilai ditemui di Sekretariat GMSS-SKM di Muang, Samarinda.

Meski masalah yang dihadapi sungai ini cukup kompleks, namun ia menyatakan salut kepada anggota GMSS-SKM yang terus bergerak menyadarkan masyarakat tentang arti pentingnya sebuah sungai bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya.

Kedatangan tim penilai tersebut karena GMSS-SKM Samarinda masuk tiga besar nasional dalam lomba Komunitas Peduli Sungai yang digelar pada 17-21 Juli 2017 di Semarang.

Penilaian di Semarang kala itu kriterianya adalah paparan atau presentasi kinerja dengan total bobot 30 persen, baik terkait verifikasi administratif, substansi kegiatan, maupun kualitas presentasi.

Sedangkan selebihnya dengan bobot nilai 70 persen adalah dari penilaian lapangan yang dilakukan tim penilai saat ini.

Kriteria dari bobot 70 persen itu, antara lain menyangkut kekuatan internal organisasi seperti kualitas personel pengurus, tingkat pemahaman tentang pengelolaan sungai dan pemberdayaan masyarakat, soliditas dan loyalitas anggota terhadap visi dan misi organisasi, prasarana dan kemampuan finansial yang dimiliki, dan tingkat motivasi anggota.

Selanjutnya kriteria aktivitas organisasi yang meliputi jumlah, variasi dan skala kegiatan komunitas, keaktifan dan peran dalam pengelolaan sungai, keaktifan dalam pendampingan atau kemampuan advokasi, aktivitas dalam intensitas pemanfaatkan IT dan media sosial, keaktifan dalam kegiatan edukasi dan inovasi, serta keaktifan dalam menarik minat pihak lain.

Selain Yudi, tim penilai yang datang ke markas GMSS-SKM adalah Bambang dan Agus Maryono.

Menurut Bambang, kehadirannya ke GMSS-SKM ini selain melakukan penilaian, hal terpenting adalah melakukan silaturahmi karena sama-sama warga yang peduli terhadap kebersihan sungai.

Sementara Agus Maryono mengatakan bahwa masalah kompleks yang dihadapi sungai bukan hanya terjadi di Sungai Karang Mumus, tetapi hampir semua sungai yang ada di Indonesia.

Atas dasar masalah ini, kemudian pada akhir 2013 mulai bermunculan komunitas aksi bersih-bersih sungai, bahkan hingga kini komunitas ini terus tumbuh, termasuk GMSS-SKM Samarinda yang muncul tahun 2015.

"Sungai merupakan ibu kita karena peradaban manusia dimulai dari sungai. Di mana ada sungai, di situ muncul permukiman karena setiap kehidupan pasti membutuhkan air. Namun kini, ibu kita yang bernama sungai ini sedang sakit parah dengan banyak penyakit di dalamnya, jadi mari kita bersihkan sama-sama dengan menggandeng semua elemen masyarakat," ujarnya. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017