Samarinda (ANTARA Kaltim) - Lifter putri andalan Kalimantan Timur Widari belum berniat untuk pindah ke daerah lain, meskipun pernah mendapatkan tawaran yang menggiurkan.
Peraih medali emas angkat Berat putri di PON Jawa Barat 2016 itu lebih memilih untuk berkonsentrasi menjalani latihan dalam persiapan menghadapi kejuaraan dunia di Republik Ceko, dibandingkan memikirkan statusnya pada PON 2020 di Papua.
"Tawaran ada, salah satunya dari provinsi terdekat yakni Kaltara (Kalimantan Utara) dengan janji pekerjaan, selain juga dana. Saya juga pernah latihan di Tarakan yang sekarang ikut bergabung dengan Kaltara, tapi nantilah saya konsentrasi dulu untuk kejuaraan dunia," kata Widari yang ditemui usai menjalani latihan di Stadion Madya Sempaja Samarinda, Senin.
Lifter yang akrab disapa Popoy itu mengaku punya target besar untuk bisa meraih prestasi di kejuaraan dunia, mengingat di kesempatan sebelumnya tahun 2016 harus absen karena berbenturan dengan pelaksanaan PON di Jawa Barat.
"Saya akan berupaya tampil maksimal pada kejuaram dunia dan ingin mewujudkan prestasi untuk tim Indonesia," imbuh Widari.
Disinggung rencana demo atlet Kaltim yang akan menuntut pembayaran kekurangan bonus PON 2016, Popoy menegaskan dirinya merupakan bagian dari atlet yang menuntut bonus tersebut, meski nantinya tidak akan ikut bergabung dalam aksi.
"Saya mohon maaf dengan teman-teman atlet lain, sebab saat ini saya lagi fokus latihan, sehingga tidak bisa ikut berjuang soal bonus,"jelasnya.
Ia berharap Pengprov Persatuan Angkat Berat, Angkat Besi, dsn Binarga Seluruh Indonesia (PABBSI) Kaltim serta pelatih bisa menyelesaikan polemik bonus tersebut.
"Kalau soal bonus sih sebenarnya memang kurang untuk atlet. Ya kalau sisa bonus seharusnya cepat diselesaikan. Urusan itu biar pengurus dan pelatih saja yang mengurus, karena saya sebagai atlet hanya berlatih dan berjuang untuk mengharumkan nama daerah," ujarnya.
Bahkan, Popoy menambahkan bahwa bonus PON yang diterimanya kurang dari Rp200 juta, seperti yang telah dibayarkan oleh Pemprov Kaltim.
Menurut Popoy, sejak awal dirinya telah memiliki rencana untuk membuka usaha di kampung halamannya, Kota Bangun, Kutai Kartanegara, dari uang bonus yang diterimanya.
"Tapi faktanya bonus tidak sesuai janji, sehingga modal usaha belum maksimal, karena sebagian dana juga saya gunakan untuk membantu orang tua," tegasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
Peraih medali emas angkat Berat putri di PON Jawa Barat 2016 itu lebih memilih untuk berkonsentrasi menjalani latihan dalam persiapan menghadapi kejuaraan dunia di Republik Ceko, dibandingkan memikirkan statusnya pada PON 2020 di Papua.
"Tawaran ada, salah satunya dari provinsi terdekat yakni Kaltara (Kalimantan Utara) dengan janji pekerjaan, selain juga dana. Saya juga pernah latihan di Tarakan yang sekarang ikut bergabung dengan Kaltara, tapi nantilah saya konsentrasi dulu untuk kejuaraan dunia," kata Widari yang ditemui usai menjalani latihan di Stadion Madya Sempaja Samarinda, Senin.
Lifter yang akrab disapa Popoy itu mengaku punya target besar untuk bisa meraih prestasi di kejuaraan dunia, mengingat di kesempatan sebelumnya tahun 2016 harus absen karena berbenturan dengan pelaksanaan PON di Jawa Barat.
"Saya akan berupaya tampil maksimal pada kejuaram dunia dan ingin mewujudkan prestasi untuk tim Indonesia," imbuh Widari.
Disinggung rencana demo atlet Kaltim yang akan menuntut pembayaran kekurangan bonus PON 2016, Popoy menegaskan dirinya merupakan bagian dari atlet yang menuntut bonus tersebut, meski nantinya tidak akan ikut bergabung dalam aksi.
"Saya mohon maaf dengan teman-teman atlet lain, sebab saat ini saya lagi fokus latihan, sehingga tidak bisa ikut berjuang soal bonus,"jelasnya.
Ia berharap Pengprov Persatuan Angkat Berat, Angkat Besi, dsn Binarga Seluruh Indonesia (PABBSI) Kaltim serta pelatih bisa menyelesaikan polemik bonus tersebut.
"Kalau soal bonus sih sebenarnya memang kurang untuk atlet. Ya kalau sisa bonus seharusnya cepat diselesaikan. Urusan itu biar pengurus dan pelatih saja yang mengurus, karena saya sebagai atlet hanya berlatih dan berjuang untuk mengharumkan nama daerah," ujarnya.
Bahkan, Popoy menambahkan bahwa bonus PON yang diterimanya kurang dari Rp200 juta, seperti yang telah dibayarkan oleh Pemprov Kaltim.
Menurut Popoy, sejak awal dirinya telah memiliki rencana untuk membuka usaha di kampung halamannya, Kota Bangun, Kutai Kartanegara, dari uang bonus yang diterimanya.
"Tapi faktanya bonus tidak sesuai janji, sehingga modal usaha belum maksimal, karena sebagian dana juga saya gunakan untuk membantu orang tua," tegasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017