Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pengasuh Pondok Pesantren Kedunglo, Mojoroto, Kota Kediri KH Abdul Latif Madjid memberikan apresisasi positif atas rencana pemutaran kembali film G30S/PKI yang saat ini masih menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat.
Abdul Latief yang datang dari Kediri, Jawa Timur, untuk meresmikan ponpes di Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis, menyatakan pihaknya sangat setuju dan mendukung dilakukannya pemutaran kembali film tersebut.
Ia menilai pemutaran film tersebut dampaknya bisa memberikan manfaat positif bagi generasi muda bangsa, utamanya menyangkut sejarah masa lampau dan berharap ke depan sejarah kelam tersebut tidak terulang lagi.
"Saya sempat mengikuti pernyataan Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo soal rencana pemutaran flim ini. Menurut saya, ini hal yang positif untuk memberikan gambaran sejarah bangsa di masa lalu, khususnya bagi para generasi bangsa," kata Abdul Majid usai meresmikan Pondok Pesantren dan Asrama Kedunglo 7 Talangsari, Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Samarinda Utara, Samarinda.
Bahkan, lanjut Abdul Latief, seharusnya tidak hanya sebatas film PKI saja, namun sejumlah film terkait sejarah heroik perjuangan para pahlawan yang memperjuangkan kedaulatan bangsa seperti Jenderal Sudirman, Diponegoro dan tokoh pejuang lainnya juga patut diunggah kembali.
"Dengan adanya teladan para pahlawan itu tentunya kita berharap bisa menumbuhkan kembali jiwa nasionalisme dan patriotisme bagi generasi bangsa kedepannya," katanya.
Ia menambahkan bertepatan peringatan tahun baru Islam 1439 Hijriah/2017 ini, hendaknya seluruh umat muslim di negeri ini tetap mengedepankan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, dan menghindarkan segala bentuk caci maki kepada kelompok tertentu yang bisa menimbulkan permusuhan.
Peresmian Pondok Pesantren dan Asrama Kedunglo tersebut juga dihadiri oleh Wakil Wali Kota Samarinda, Nursyiwan Ismail dan sejumlah pejabat di kecamatan Samarinda Utara.
Menurut ketua yayasan pesantren Kedunglo Kalimantan Timur, Saefuddin Zuhri, selain pesantren yang menjadi wadah pendidikan agama pihaknya juga telah mengembangkan pendidikan formal melalui sekolah umum yakni SMP dan SMU.
"Untuk sekolah umum baru terlaksana dua tahun ajaran, ke depan kami juga akan melakukan pengembangan untuk Sekolah Dasar dan lainnya," jelasnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
Abdul Latief yang datang dari Kediri, Jawa Timur, untuk meresmikan ponpes di Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis, menyatakan pihaknya sangat setuju dan mendukung dilakukannya pemutaran kembali film tersebut.
Ia menilai pemutaran film tersebut dampaknya bisa memberikan manfaat positif bagi generasi muda bangsa, utamanya menyangkut sejarah masa lampau dan berharap ke depan sejarah kelam tersebut tidak terulang lagi.
"Saya sempat mengikuti pernyataan Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo soal rencana pemutaran flim ini. Menurut saya, ini hal yang positif untuk memberikan gambaran sejarah bangsa di masa lalu, khususnya bagi para generasi bangsa," kata Abdul Majid usai meresmikan Pondok Pesantren dan Asrama Kedunglo 7 Talangsari, Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Samarinda Utara, Samarinda.
Bahkan, lanjut Abdul Latief, seharusnya tidak hanya sebatas film PKI saja, namun sejumlah film terkait sejarah heroik perjuangan para pahlawan yang memperjuangkan kedaulatan bangsa seperti Jenderal Sudirman, Diponegoro dan tokoh pejuang lainnya juga patut diunggah kembali.
"Dengan adanya teladan para pahlawan itu tentunya kita berharap bisa menumbuhkan kembali jiwa nasionalisme dan patriotisme bagi generasi bangsa kedepannya," katanya.
Ia menambahkan bertepatan peringatan tahun baru Islam 1439 Hijriah/2017 ini, hendaknya seluruh umat muslim di negeri ini tetap mengedepankan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, dan menghindarkan segala bentuk caci maki kepada kelompok tertentu yang bisa menimbulkan permusuhan.
Peresmian Pondok Pesantren dan Asrama Kedunglo tersebut juga dihadiri oleh Wakil Wali Kota Samarinda, Nursyiwan Ismail dan sejumlah pejabat di kecamatan Samarinda Utara.
Menurut ketua yayasan pesantren Kedunglo Kalimantan Timur, Saefuddin Zuhri, selain pesantren yang menjadi wadah pendidikan agama pihaknya juga telah mengembangkan pendidikan formal melalui sekolah umum yakni SMP dan SMU.
"Untuk sekolah umum baru terlaksana dua tahun ajaran, ke depan kami juga akan melakukan pengembangan untuk Sekolah Dasar dan lainnya," jelasnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017