Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Demonstrasi di Balai Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin, yang menuntut keseriusan pemerintah kota menangani banjir berakhir ricuh dan sebanyak tujuh mahasiswa menjadi korban tindakan kekerasan aparat kepolisian yang berusaha membubarkan demonstrasi.
Dalam demonstrasi yang digelar mahasiswa dan sejumlah elemen masyarakat itu, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Balikpapan bernama Rinto jatuh pingsan. Ia sebelumnya ditangkap, lalu dipukul dan ditendangi hingga pingsan oleh oknum aparat kepolisian yang mengamanankan unjuk rasa.
"Rinto kini menjalani perawatan intensif di RS Siloam," kata Hari Dermanto, Pengacara Publik pada Jaringan Advokat Lingkungan Hidup yang mendampingi para korban.
Hingga Senin sore, Rinto belum kunjung sadarkan diri. Selain Rinto, ada enam mahasiswa yang mengalami cedera karena dipukul atau ditendang polisi.
Mereka adalah mahasiswa Uniba dari berbagai fakultas, yaitu Achmad Rozali, Awaluddin, Muhammad Azwar, Marisa, dan Zulkifli yang mengalami antara lain rontok gigi dan sejumlah luka memar.
Demontrasi mahasiswa dan sejumlah elemen masyarakat ini semula berlangsung di halaman Gedung DPRD Balikpapan. Aparat juga berjaga di berlokasi ini, membentuk pagar betis.
Di depan aparat, para demonstran membentangksn spanduk dan berorasi. Mereka minta para wakil rakyat mengawal kebijakan dan menekan eksekutif untuk segera bertindak mengatasi banjir yang semakin sering melanda Balikpapan.
Aksi kemudian berpindah ke halaman Balai Kota. Awalnya demo berjalan aman dan tertib, apalagi jumlah pendemo tidak sampai 100 orang.
Sebagai perlengkapan, aksi mahasiswa membawa keranda bertuliskan Rizal Wali Kota Gagal. Dalam orasinya, mahasiswa minta Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi mundur dari jabatannya karena kegagalannya mengelola kota.
Saat itulah puluhan anggota polisi dari kesatuan Sabhara dan Brimob maju beberapa langkah, sementara orator yang juga koordinator lapangan Rinto memerintahkan mahasiwa maju beberapa langkah.
Polisi langsung menghalangi. Aksi dorong pun terjadi dan tak terduga berujung pada baku hantam.
Dalam situasi itu, Rinto yang berusaha menenangkan kawan-kawannya malah dipukul seorang anggota. Rinto balas menyerang sehingga terjadi baku pukul aparat dengan mahasiswa.
Rinto segera diamankan sejumlah petugas, namun masih digebuk dan ditendang di bagian dada dan kepalanya.
"Kami baru saja mau maju beberapa langkah tapi sudah dihalangi, kami dipukul dan ditendang dan ada empat orang kawan kami yang sampai saat ini ditahan polisi," jelas Awaluddin dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) usai situasi reda.
"Kami bertanggung jawab mengamankan gedung Pemerintah Kota," kata juru bicara Polres Balikpapan Inspektur Polisi Satu (Iptu) Suharto.
Polisi mengaku menemukan bensin dalam botol plastik yang dibawa oleh demonstran.
Menurut Hari Dermanto, polisi juga menahan dua mahasiswa dan terus memeriksa mereka sampai sore. Advokat dari Jaringan Lingkungan Hidup dan LBH Uniba Wawan Sanjaya mendampingi Achad dan Usman.
Kepolisian berpendapat pengamanan yang dilakukan sesuai prosedur, karena mahasiswa mendesak masuk ke kantor Wali Kota Balikpapan.
"Kantor ini objek vital yang dalam aturan jika terjadi demonstrasi harus sejauh 50 sampai 100 meter dari pagar tapi kita kasih toleransi, sehingga mereka bisa masuk di halaman kantor," jelas Kabag Ops Polres Balikpapan Kompol Supriyanto. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
Dalam demonstrasi yang digelar mahasiswa dan sejumlah elemen masyarakat itu, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Balikpapan bernama Rinto jatuh pingsan. Ia sebelumnya ditangkap, lalu dipukul dan ditendangi hingga pingsan oleh oknum aparat kepolisian yang mengamanankan unjuk rasa.
"Rinto kini menjalani perawatan intensif di RS Siloam," kata Hari Dermanto, Pengacara Publik pada Jaringan Advokat Lingkungan Hidup yang mendampingi para korban.
Hingga Senin sore, Rinto belum kunjung sadarkan diri. Selain Rinto, ada enam mahasiswa yang mengalami cedera karena dipukul atau ditendang polisi.
Mereka adalah mahasiswa Uniba dari berbagai fakultas, yaitu Achmad Rozali, Awaluddin, Muhammad Azwar, Marisa, dan Zulkifli yang mengalami antara lain rontok gigi dan sejumlah luka memar.
Demontrasi mahasiswa dan sejumlah elemen masyarakat ini semula berlangsung di halaman Gedung DPRD Balikpapan. Aparat juga berjaga di berlokasi ini, membentuk pagar betis.
Di depan aparat, para demonstran membentangksn spanduk dan berorasi. Mereka minta para wakil rakyat mengawal kebijakan dan menekan eksekutif untuk segera bertindak mengatasi banjir yang semakin sering melanda Balikpapan.
Aksi kemudian berpindah ke halaman Balai Kota. Awalnya demo berjalan aman dan tertib, apalagi jumlah pendemo tidak sampai 100 orang.
Sebagai perlengkapan, aksi mahasiswa membawa keranda bertuliskan Rizal Wali Kota Gagal. Dalam orasinya, mahasiswa minta Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi mundur dari jabatannya karena kegagalannya mengelola kota.
Saat itulah puluhan anggota polisi dari kesatuan Sabhara dan Brimob maju beberapa langkah, sementara orator yang juga koordinator lapangan Rinto memerintahkan mahasiwa maju beberapa langkah.
Polisi langsung menghalangi. Aksi dorong pun terjadi dan tak terduga berujung pada baku hantam.
Dalam situasi itu, Rinto yang berusaha menenangkan kawan-kawannya malah dipukul seorang anggota. Rinto balas menyerang sehingga terjadi baku pukul aparat dengan mahasiswa.
Rinto segera diamankan sejumlah petugas, namun masih digebuk dan ditendang di bagian dada dan kepalanya.
"Kami baru saja mau maju beberapa langkah tapi sudah dihalangi, kami dipukul dan ditendang dan ada empat orang kawan kami yang sampai saat ini ditahan polisi," jelas Awaluddin dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) usai situasi reda.
"Kami bertanggung jawab mengamankan gedung Pemerintah Kota," kata juru bicara Polres Balikpapan Inspektur Polisi Satu (Iptu) Suharto.
Polisi mengaku menemukan bensin dalam botol plastik yang dibawa oleh demonstran.
Menurut Hari Dermanto, polisi juga menahan dua mahasiswa dan terus memeriksa mereka sampai sore. Advokat dari Jaringan Lingkungan Hidup dan LBH Uniba Wawan Sanjaya mendampingi Achad dan Usman.
Kepolisian berpendapat pengamanan yang dilakukan sesuai prosedur, karena mahasiswa mendesak masuk ke kantor Wali Kota Balikpapan.
"Kantor ini objek vital yang dalam aturan jika terjadi demonstrasi harus sejauh 50 sampai 100 meter dari pagar tapi kita kasih toleransi, sehingga mereka bisa masuk di halaman kantor," jelas Kabag Ops Polres Balikpapan Kompol Supriyanto. (*)
Editor : Didik Kusbiantoro
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017