Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur menilai laju inflasi 0,98 persen di daerah ini pada Juni 2017, merupakan inflasi yang masih terkendali karena biasanya saat Ramadhan dan Lebaran inflasinya di atas 1 persen.

"Meski laju inflasi Kaltim relatif terkendali, namun perlu tetap waspada atas beberapa risiko lonjakan harga menjelang periode musiman pasca-Hari Raya Idul Fitri," ujar Kepala BI KPw Provinsi Kaltim Muhammad Nur di Samarinda, Senin.

Ia melanjutkan, inflasi pada Juni 2017 meningkat dibandingkan inflasi Mei 2017 yang sebesar 0,36 persen. Capaian ini masih tetap sama, yakni lebih tinggi ketimbang inflasi nasional yang tercatat 0,69 persen.

Komoditas utama penyumbang inflasi Juni di Kaltim adalah kenaikan biaya transportasi, bahan makanan, dan penghapusan subsidi listrik tahap ketiga atau yang terakhir bagi pelanggan golongan 900 VA.

Selain itu, terdapat beberapa komoditas pangan yang memberikan tekanan inflasi pada Juni 2017, yaitu ikan layang, tomat sayur, dan kacang panjang. Sementara komoditas pangan seperti bawang putih dan cabai rawit mengalami deflasi.

Jika dihitung secara tahunan, inflasi Kaltim mengalami kenaikan dari 4,66 persen (yoy) pada Mei 2017 menjadi 4,54 persen (yoy) pada Juni 2017.

Angka inflasi tahunan ini juga masih sama dengan data yang rutin terjadi di Kaltim, yakni kerap lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan nasional yang mencapai 4,37 persen.

Ini berarti inflasi Kaltim secara perhitungan tahun kalender (Januari-Juni 2017) tercatat 2,64 persen (ytd).

Dilihat berdasarkan kota pembentuknya, inflasi yang terjadi di Kaltim dipengaruhi oleh Kota Samarinda sebesar 0,68 persen (mtm) atau 4,30 persen (yoy), kemudian Kota Balikpapan sebesar 1,38 persen (mtm) atau 4,86 persen (yoy).

Inflasi di Kaltim pada Juni 2017 sangat dipengaruhi oleh kelompok administered prices (harga yang ditetapkan pemerintah), terutama dari angkutan udara dan tarif listrik.

Sementara itu, pada kelompok core (inti) dan kelompok volatile foods (harga pangan bergejolak), inflasi disebabkan masing-masing oleh kenaikan harga pasir dan ikan layang.

"Bank Indonesia Kaltim bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan pergerakan inflasi secara khusus, termasuk perekonomian secara umum baik domestik maupun eksternal," tutur M Nur.

Beberapa fokus utama yakni memastikan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi pangan pokok, kemudian kelancaran distribusi energi seperti BBM dan LPG.

Selain itu, peningkatan kualitas infrastruktur dan sarana logistic juga harus menjadi perhatian, termasuk menjaga efektivitas komunikasi kepada masyarakat mengenai informasi harga pangan.(*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017