Penajam (ANTARA Kaltim) - Produk elpiji kemasan tabung ukuran 5,5 kilogram atau "bright gas" yang diluncurkan PT Pertamina (Persero) pada 2016, kurang diminati konsumen atau masyarakat di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Sejumlah pemilik pangkalan elpiji saat ditemui di Penajam, Kamis, mengatakan produk elpiji tabung ukuran 5,5 kilogram atau biasa disebut tabung ungu tersebut harganya terlalu mahal, sehingga konsumen lebih memilih membeli elpiji tabung ukuran 3 kilogram.
"Semua pengecer mengaku gas tabung ungu tidak laku dijual dan masyarakat yang datang ke pangkalan juga tidak mau membeli bright gas," jelas Muhammad Ali, pemilik pangkalan elpiji di Kilometer 5 Penajam.
Sejak mendapat pasokan bright gas dari Pertamina pada awal 2017, Ali mengaku sampai sekarang belum ada satu pun yang terjual.
"Sudah hampir dua bulan hanya sebagai pajangan di pangkalan, tidak ada pengecer atau masyarakat yang mau membeli karena harganya terlalu mahal. Isi ulangnya saja Rp70.000 per tabung," katanya.
Menurut ia, seharusnya petugas melakukan penertiban atau pengawasan dalam penjualan elpiji, mengingat masih banyak pemilik rumah makan atau restoran di Penajam Paser Utara yang menggunakan elpiji subsidi tiga kilogram.
"Seharusnya restoran atau rumah makan tidak lagi menggunakan elpiji bersubsidi, karena itu khusus pelaku usaha kecil atau mikro, tapi kenyataannya tidak demikian," ucapnya.
Pemilik pangkalan lain menambahkan masyarakat cenderung membeli elpiji tabung 3 kilogram karena harganya relatif terjangkau, yakni hanya Rp20.000-Rp22.000 untuk isi ulangnya.
Sedangkan harga jual bright gas dalam kemasan tabung ukuran 5,5 kilogram sebesar Rp350.000 saat pembelian pertama, sementara untuk isi ulang dikenakan Rp70.000 per tabung.
Data Disperindagkop Penajam Paser Utara mencatat konsumsi elpiji 3 kilogram setiap tahun mencapai lebih dari 1,54 juta tabung, sementara pada 2017 ada sedikit penambahan kuota menjadi 1,6 juta tabung. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
Sejumlah pemilik pangkalan elpiji saat ditemui di Penajam, Kamis, mengatakan produk elpiji tabung ukuran 5,5 kilogram atau biasa disebut tabung ungu tersebut harganya terlalu mahal, sehingga konsumen lebih memilih membeli elpiji tabung ukuran 3 kilogram.
"Semua pengecer mengaku gas tabung ungu tidak laku dijual dan masyarakat yang datang ke pangkalan juga tidak mau membeli bright gas," jelas Muhammad Ali, pemilik pangkalan elpiji di Kilometer 5 Penajam.
Sejak mendapat pasokan bright gas dari Pertamina pada awal 2017, Ali mengaku sampai sekarang belum ada satu pun yang terjual.
"Sudah hampir dua bulan hanya sebagai pajangan di pangkalan, tidak ada pengecer atau masyarakat yang mau membeli karena harganya terlalu mahal. Isi ulangnya saja Rp70.000 per tabung," katanya.
Menurut ia, seharusnya petugas melakukan penertiban atau pengawasan dalam penjualan elpiji, mengingat masih banyak pemilik rumah makan atau restoran di Penajam Paser Utara yang menggunakan elpiji subsidi tiga kilogram.
"Seharusnya restoran atau rumah makan tidak lagi menggunakan elpiji bersubsidi, karena itu khusus pelaku usaha kecil atau mikro, tapi kenyataannya tidak demikian," ucapnya.
Pemilik pangkalan lain menambahkan masyarakat cenderung membeli elpiji tabung 3 kilogram karena harganya relatif terjangkau, yakni hanya Rp20.000-Rp22.000 untuk isi ulangnya.
Sedangkan harga jual bright gas dalam kemasan tabung ukuran 5,5 kilogram sebesar Rp350.000 saat pembelian pertama, sementara untuk isi ulang dikenakan Rp70.000 per tabung.
Data Disperindagkop Penajam Paser Utara mencatat konsumsi elpiji 3 kilogram setiap tahun mencapai lebih dari 1,54 juta tabung, sementara pada 2017 ada sedikit penambahan kuota menjadi 1,6 juta tabung. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017