Samarinda (ANTARA Kaltim) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, mengutuk keras bom di Gejera Oikumene, Kecamatan Loa Janan Ilir, menyebabkan seorang balita meninggal dunia dan tiga lainnya terluka.

"Saya mengutuk keras ledakan bom di Gereja Oikumene, apalagi korbannya anak-anak yang tidak berdosa yang tidak tahu apa-apa. Saya juga punya balita sehingga tidak tega melihat korban, apalagi yang sudah meninggal. Ini perbuatan keji dan saya meminta pelakunya harus dihukum seberat-beratnya," kata Muhadjir Effendy usai menjenguk dua korban ledakan Gereja Oikumene di RSUD AW Syahranie Samarinda, Senin.

Ia juga menyampaikan duka mendalam kepada keluarga korban yang meninggal dan meminta tiga balita yang menjadi korban ledakan bom Gereja Oikumene yang saat ini masih dirawat di RSUD AW Syahranie dan RSUD IA Moes agar diberi penanganan lengkap.

"Kepada korban yang meninggal, saya turut berduka cita dan pada kesempatan ini saya juga menyampaikan salam dari Presiden kepada keluarga, saya berharap diberi ketabahan. Bagi tiga koran lainnya yang saat ini masih dirawat, saya berharap bisa pulih dan saya sudah meminta pimpinan rumah sakit agar para korban diberi pertolongan lengkap dan semua biaya ditanggung pemerintah," ujarnya.

Ia pun menimpali, "ini menjadi pelajaran bagi kita semua dan peristiwa ini tidak boleh terulang lagi. Peristiwa ini merupakan ancaman nyata bagi NKRI dan saya sudah melihat sendiri yang menjadi korban adalah anak-anak yang tidak berdosa akibat tindakan keji yang dilakukan atas nama keyakinan yang sesat yang ia pahami."

Muhadjir Effendy juga meminta pihak kepolisian, TNI, Pemerintah Provinsi Kaltim serta semua elemen masyarakat meningkatkan kewaspadaan menyusul terjadinya bom di Gereja Oikumene yang menyebabkan empat balita menjadi korban, satu dinyatakan meninggal dunia.

"Selama ini Kaltim sangat aman dan kondusif, tetapi karena mungkin kondisi itulah sehingga kita menjadi lengah. Jadi, saya minta kepolisian, TNI, Pemprov Kaltim serta semua elemen masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Saya tegaskan, kejadian seperti ini tidak boleh terjadi lagi," jelas Muhadjir Effendy.

Sementara itu, Direktur RSUD AW Sjahranie Samarinda Rahim Dinata Majidi menyatakan rumah sakitnya telah menyiapkan tim khusus penanganan korban bom Gereja Oikumene.

RSUD AW Syahranie Samarinda telah membentuk tim medis yang terdiri ahli bedah plastik, bedah umum, anestesi, ahli anak, dan juga dari keperawatan intensif.

Ledakan bom terjadi di Gereja Oikumene di Jalan Cipto Mangunkusumo RT 03, Nomor 37, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, pada Minggu pagi sekitar pukul 10. 15 Wita, menyebabkan lima orang terluka, empat diantaranya menderita luka bakar serius dan langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah IA Moeis Samarinda Seberang.

Empat korban terluka yang dirawat di RSUD IA Moes yang merupakan balita tersebut yakni, Intan Olivia Marbon (2,5), Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (4), Triniti Hutahaya (3) serta Anita Kristabel Sihotang (2).

Sementara, terduga pelaku dengan ciri-ciri berambut panjang, berhasil ditangkap warga saat hendak melarikan diri dengan cara berenang di Sungai Mahakam.

Dua balita yang menderita luka bakar cukup parah yakni Intan Olivia Marbun dan Triniti Hutahaya pada Minggu sore (13/11) sekitar pukul 16. 15 Wita dirujuk ke RSUD AW Syahranie.

Pada Senin pagi, Intan Olivia Marbun meninggal dunia akibat mengalami luka bakar hingga 78 persen. (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016