Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Dinas Peternakan (Disnak) Provinsi Kalimantan Timur menyatakan, banyak peternak sapi di daerah ini yang mengalami perkembangan ekonomi secara cepat alias cepat kaya hanya dari kotoran sapi, karena kotoran ini laris terjual.

"Contohnya adalah peternak dari Kabupaten Berau yang mampu menghasilkan keuntungan Rp125 juta per tiga bulan hanya dari kotoran sapi. Ini belum termasuk urine yang diproses jadi pupuk kompos," ucap Kepala Bidang Perbibitan dan Budidaya Disnak Provinsi Kaltim I Gusti Made Jaya Adhi di Samarinda, Selasa.

Menurutnya, peternak di Kabupaten Berau tersebut memiliki sapi sebanyak 200 ekor sehingga kotoran yang dihasilkan juga banyak. Kotoran sapi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam karung dan sudah ada pembeli yang rutin datang ke kandangnya.

Contoh lainnya adalah peternak yang memiliki sekitar 200 ekor sapi, yakni Umar yang memiliki kandang ternak di Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Samarinda, Kota Samarinda. Umar mampu membeli satu unit mobil Avanza dalam lima bulan pertama dari hasil menjual kotoran sapi.

Untuk itu, ia mengajak masyarakat Kaltim tidak ragu dalam mengembangkan sapi, kambing, kerbau, atau berbagai jenis ternak lain karena dari kotorannya sudah mampu menghasilkan keuntungan, ditambah Kaltim memang masih mendatangkan sapi dari daerah lain.

Apalagi jika dihitung dengan air seni hewan yang diolah menjadi pupuk cair, termasuk penjualan dagingnya, tentu penghasilan peternak akan semakin besar.

Sedangkan pagi petani palawija atau petani pekebun, ia juga menyarankan melakukan integrasi sapi dengan tanamannya, karena petani akan memeperoleh keuntungan ganda dari pola integrasi ini.

Misalnya, kata dia, bagi petani kebun sawit, maka sapi yang dipelihara di lahan perkebunan sawit bisa memakan rumput di sekitar lahan, termasuk pelepah sawit juga bisa dijadikan pakan bagi sapi.

Di sisi lain, kotoran dan urine sapi bisa menjadi pupuk organik bagi tanaman perkebunan sehingga hasilnya lebih berkualitas ketimbang pupuk kimia.

Begitu pula tanaman palawija maupun tanaman pangan, tentu lebih menguntungkan ketika memakai pupuk oraginik yang tidak perlu dibeli dengan harga mahal, sehingga pola integrasi ini perlu dicoba oleh masyarakat.

"Bagi petani tanaman pangan atau perkebunan yang melakukan integrasi dengan sapi. Selain dalam jangka panjang mendapat hasil penjualan ternak, dalam jangka pendek pun mereka sudah untung karena kotoran sapi bisa menjadi pupuk," ujar Jaya Adhi lagi. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016