Samarinda (ANTARA Kaltim) - Sebuah lembaga independen nonprofit yang bergerak di bidang perlindungan hutan dan satwa liar "Protection of Forest and Fauna" atau Profauna akan melibatkan siswa SMA di Kabupaten Paser untuk mencegah eksploitasi penyu.

"Sulit menentukan target tidak ada lagi eksploitasi penyu di Kabupaten Berau. Untuk itu kami bekerja sama dengan pihak lain. Kami memiliki target pada 2017 melakukan kampanye penyelamatan penyu secara gencar," ujar Koordinator Profauna Borneo, Bayu Sandi, dihubungi dari Samarinda, Rabu malam.

Salah satu bentuk kampanye penyelamatan penyu yang dilakukan Profauna Borneo pada 2017, lanjut Bayu Sandi, yakni pemantauan di lapangan dan akan langsung memperingatkan jika menemukan ada yang menjual aksesoris berbahan karapas penyu atau bentuk eksploitasi lainnya.

"Kami akan menggunakan relawan yang kebanyakan anak SMA untuk melakukan monitoring dan pemantauan di lapangan pada program kampanye penyelamatan penyu tersebut," katanya.

"Selama ini, tim lapangan Profauna sudah dikenali sehingga jika mereka melakukan pemantauan, para pedagang biasanya langsung menyembunyikan aksesoris berbahan karapas penyu yang mereka jual. Namun, dengan melibatkan anak-anak SMA yang memang selama ini mendukung gerakan kami, akan sulit dilacak sehingga dapat dengan mudah menemukan penjualan atau eksploitasi penyu," ujarnya.

"Jadi, jika mereka menemukan adanya penjualan aksesoris berbahan penyu kemudian melaporkan, maka staf Profauna langsung berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan kami segera turun ke lapagan dengan memberikan surat peringatan yang ditembuskan ke Kapolres dan Bupati Berau. Tetapi. Jika tidak ada tindak lanjut tentu kami akan bekerjasama dengan media," jelas Bayu Sandi.

Sampai saat ini tambahnya, sudah ada 10 anak SMA yang telah berkomitmen menjadi relawan untuk membantu Profauna mencegah eksploitasi penyu di Kabupaten Berau dan tidak menutupkemungkinan tahun depan akan bertambah.

"Anak-anak SMA tersebut tertarik membantu kami ikut melestarikan penyu. Mereka tertarik setelah kami memberikan pendidikan terkait upaya pelestarian satwa langka dan dilindungi tersebut," katanya.

"Jadi, mereka yang menawarkan diri dan awalnya anak-anak SMA itu menanyakan apa yang harus mereka lakukan untuk membantu pelestarian penyu tersebut. Kami menyampaikan bahwa, jangan menggunakan aksesoris berbahan penyu kemudian kami juga meminta agar jika ada waktu ikut melakukan pemantauan dan mengambil gambar baik video maupun foto dengan menggunakan telepon genggam secara sembunyi-sembunyi," ujar Bayu Sandi.

Menurut Bayu Sandi, masih maraknya ekploitasi penyu di Kabupaten Berau akan menjadi preseden buruk bagi daerah itu yang saat ini tengah gencar-gencarnya mempromosikan sebagai salah satu destinasi wisata di Kaltim.

"Tentu, masih maraknya eksploitasi terhadap penyu akan menjadi preseden buruk bagi sektor pariwisata di Kabupaten Berau. dari pemantauan kami, 100 persen yang membeli aksesoris berbahan penyu itu adalah wisatawan dan jika ada wisatawan asing yang membeli aksesoris berbahan penyu tersebut, kemungkinan mereka tertipu karena dikatakan plastik," jelas Bayu Sandi.(*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016