Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kelompok Al Habsyi Misaya, salah satu faksi kelompok bersenjata Filipina Abu Sayyaf, mengancam akan membunuh empat kru "tugboat" atau kapal tunda Charles jika tuntutan uang tebusan mereka tidak dipenuhi perusahaan.

"Saya dihubungi oleh orang yang mengaku dari kelompok Al Habsy Misaya, mengancam akan membunuh kru kapal tunda Charles satu per satu jika tuntutan uang tebusan mereka tidak dipenuh," ujar istri Ismail, Mualim I kapal tunda Charles, Dian Megawati Ahamd, kepada wartawan di Samarinda, Rabu.

Ia mengaku pertama kali ditelepon oleh orang yang mengaku dari kelompok Al Habsy pada Selasa (26/7) sekitar pukul 17. 47 Wita.

"Saya pertama kali ditelpon oleh orang yang mengaku dari kelompok Al Habsyi kemarin (Selasa). Orang yang menelpon itu menggunakan Bahasa Inggris dan menyampaikan uang tebusan terhadap empat kru kapal tunda Charles yang mereka tawan sebesar Rp250 juta Peso atau sekitar Rp69 miliar," katanya.

"Setelah menelpon, saya kembali mendapat pesan singkat melalui telepon genggam saya dari nomer Filipina yang kembali menegaskan uang tebusan empat kru kapal tunda Charles yang mereka minta yakni 250 juta Peso. Pada pesan singkat berbahasa Inggris itu, mereka menyampaikan agar pesan tersebut juga disampaikan kepada Presiden Republik Indonesia dan media," tutur Dian Megawati.

Pada Rabu pagi, sekitar pukul 10.08 Wita, orang yang mengklaim dari kelompok Al Habsy lanjut Dian Megawati, kembali menghubunginya melalui nomer telepon berbeda.

Kali ini, tambah dia, pihak penyandera sudah mengeluarkan ancaman, akan membunuh keempat kru kapal tunda Charles jika tuntutan mereka tidak dipenuhi dan meminta Dian Megawati menyampaikan tuntutan dan ancaman tersebut ke pihak perusahaan.

Pada pukul 11. 52 Wita, pihak penyandera kembali menghubungi Dian Megawati dengan mempertegas ancaman akan membunuh keempat kru kapal tunda yang mereka sandera, jika uang tebusan tidak segera diberikan.

Pada komunikasi kedua kalinya itu lanjut Dian Megawati, salah seorang sandera yang paling senior yakni, Muhammad Nasir, Masinis III kapal tunda Charles sempat diberi kesempatan berbicara.

"Hari ini (Rabu) dua kali mereka menghubungi saya namun kali ini sudah disertai ancaman. Mereka mengancam, akan membunuh satu per satu sandera jika uang tebusan tidak segera diberikan, Mereka meminta, jika uang tebusan itu sudah siap agar langsung diantar ke Filipina. Mereka hanya menyebut keempat sandera yang saat ini mereka tawan yakni, suami saya (Ismail), Muhammad Sofyan (Oliman), Muhammad Nasir serta Robin Piter (juru mudi). Selama komunikasi sejak kemarin, meraka tidak menyebut tiga kru kapal tunda lainnya," jelas Dian Megawati.

"Kami sudah menghubungi pihak perusahaan dan menyampaikan tuntutan para penyandera. Tapi, manajemen PT Rusianto Bersaudara menyatakan, tidak bisa mengambil keputusan dan tuntutan para penyandera itu akan disampaikan ke pemerintah pusat," tuturnya.

Ia meyakini, orang yang mengklaim sebagai anggota kelompok Al Habsy tersebut merupakan orang yang sama saat pertama kali menghubunginya yakni pada Rabu (23/6) yang menyampaikan telah menyandera kru kapal tunda Charles.

"Saya sempat berbicara dengan salah seorang sandera yakni pak Muhammad Nasir dan menanyakan bagaimana kondisi mereka. Pak Nasir mengatakan, untuk sementara mereka baik-baik saja. Nada suara pak Nasir tidak seperti biasanya dan terkesan sedikit tertekan. Daripembicaraan selama sembilan menit tersebut, saya mendengar sepertinya dia (Muhammad Nasir) diarahkan oleh penyandera," kata Dian Megawati.

Sementara, istri Muhammad Robin Piter, juru mudi kapal tunda Charles, Elona berharap suaminya dan kru lainnya dapat segera dibebaskan.

"Kami berharap, semua sandera dapat dibebaskan dengan selamat," ujar Elona.

Tujuh kru kapal tunda Charles yang disandera kelompok Abu Sayyaf sejak Senin (20/6) yakni, Ferry Arifin (nahkoda), Ismail (Mualim I), Muhammad Mahbrur Dahri (KKM), Edi Suryono (Masinis II), Muhammad Nasir (Masinis III), Muhammad Sofyan (Oliman) serta Robin Piter (juru mudi).      (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016