Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pemerintah Desa Babulu Laut, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur akan membangkitkan kembali tambak udang yang pernah jaya pada 1998.
"Dulu, Desa Babulu Laut sangat terkenal dengan komoditas udang tiger hasil tambak warga yang begitu luas. Namun kini luasan tambak tinggal 300 hektare, itupun produksinya tidak sebanyak sebelum tahun 1998," ujar Kepala Desa Babulu Laut, Sahudi di Babulu.
Untuk mengembalikan kualitas air tambak menjadi bersih seperti dulu, lanjutnya, secara perlahan ia akan mengubah budaya masyarakat yang suka membuang limbah rumah tangga atau sampah secara sembarangan.
Sampah yang dibuang setiap hari tersebut dari tahun ke tahun menjadi racun bagi tambak dan tanaman pangan warga, katanya.
Untuk itu, ia akan berkoordinasi dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan setempat membuat bak sampah untuk tempat pembuangan sementara (TPS), agar warga tidak membuang sampah ke sungai karena sampah dan limbah yang dibuang ke sungai sebagian masuk ke tambak yang pada akhirnya mencemari air tambak dan merugikan warga sendiri.
Ia menyadari untuk mengubah perilaku membuang sampah sembarangan ke tempat yang tidak semestinya akan sulit.
Disinggung mengenai potensi lain yang bisa dikembangkan di Babulu Laut, mantan perawat Puskesmas Babulu ini melanjutkan, desa yang dihuni lebih dari 4.000 jiwa tersebut memiliki lahan padi sawah seluas 2.000 hektare dan perkebunan seluas 1.000 hektare.
Untuk kebun sawit, ia mengaku masih menjadi andalan warga karena tandan buah segar (TBS) sawit yang dihasilkan masih bagus, tetapi untuk padi sawah dalam beberapa tahun terakhir gagal panen akibat kemarau panjang karena semua sawah yang ada masih merupakan sawah tadah hujan.
Ia juga mengaku di desa tersebut hingga kini belum ditemukan sumber air bersih yang bisa dikonsumsi karena lokasi desa yang berada di kawasan pantai sehingga untuk mendapatkan air minum harus didatangkan dari luar desa.
"Desa ini sudah ada sekitar 30 titik sumur bor, tapi air yang dihasilkan belum bisa dikonsumsi, hanya bisa untuk mandi dan cuci. Kami berharap ke depan bisa membuat sumur resapan air dengan tekhnologi labirin berupa Water Treatment Plant (WTP), baik dananya dari Dana Desa pusat maupun Alokasi Dana Desa dari kabupaten," kata Sahudi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Dulu, Desa Babulu Laut sangat terkenal dengan komoditas udang tiger hasil tambak warga yang begitu luas. Namun kini luasan tambak tinggal 300 hektare, itupun produksinya tidak sebanyak sebelum tahun 1998," ujar Kepala Desa Babulu Laut, Sahudi di Babulu.
Untuk mengembalikan kualitas air tambak menjadi bersih seperti dulu, lanjutnya, secara perlahan ia akan mengubah budaya masyarakat yang suka membuang limbah rumah tangga atau sampah secara sembarangan.
Sampah yang dibuang setiap hari tersebut dari tahun ke tahun menjadi racun bagi tambak dan tanaman pangan warga, katanya.
Untuk itu, ia akan berkoordinasi dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan setempat membuat bak sampah untuk tempat pembuangan sementara (TPS), agar warga tidak membuang sampah ke sungai karena sampah dan limbah yang dibuang ke sungai sebagian masuk ke tambak yang pada akhirnya mencemari air tambak dan merugikan warga sendiri.
Ia menyadari untuk mengubah perilaku membuang sampah sembarangan ke tempat yang tidak semestinya akan sulit.
Disinggung mengenai potensi lain yang bisa dikembangkan di Babulu Laut, mantan perawat Puskesmas Babulu ini melanjutkan, desa yang dihuni lebih dari 4.000 jiwa tersebut memiliki lahan padi sawah seluas 2.000 hektare dan perkebunan seluas 1.000 hektare.
Untuk kebun sawit, ia mengaku masih menjadi andalan warga karena tandan buah segar (TBS) sawit yang dihasilkan masih bagus, tetapi untuk padi sawah dalam beberapa tahun terakhir gagal panen akibat kemarau panjang karena semua sawah yang ada masih merupakan sawah tadah hujan.
Ia juga mengaku di desa tersebut hingga kini belum ditemukan sumber air bersih yang bisa dikonsumsi karena lokasi desa yang berada di kawasan pantai sehingga untuk mendapatkan air minum harus didatangkan dari luar desa.
"Desa ini sudah ada sekitar 30 titik sumur bor, tapi air yang dihasilkan belum bisa dikonsumsi, hanya bisa untuk mandi dan cuci. Kami berharap ke depan bisa membuat sumur resapan air dengan tekhnologi labirin berupa Water Treatment Plant (WTP), baik dananya dari Dana Desa pusat maupun Alokasi Dana Desa dari kabupaten," kata Sahudi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016