Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan musim hujan di wilayah Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, pada 2016 tiba lebih awal pada Juli atau kebalikan dari tahun 2015 yang baru turun pada Desember.

"Tahun ini bulan Juli sudah menjadi bulan basah di Balikpapan. Hujan dini hari dan sepanjang siang kemarin (Rabu, 13/7) adalah indikasinya," kata Kepala Seksi Data dan Informatika BMKG Balikpapan Abdul Haris Dzulkarnain dihubjngi di Balikpapan, Kamis.

Haris menjelaskan hujan yang turun pada Rabu dini hari adalah tanda awal musim hujan. Seterusnya, bila hujan lebih banyak malam hari, maka adalah tanda akhir musim hujan.

"Pada pertengahan musim hujan, hujan bisa turun sepanjang hari," ujarnya.

Menurut Haris, BMKG juga melihat bahwa di Balikpapan hujan deras bisa disertai angin kencang hingga petir. Situasi ini sudah mulai sejak Juli ini hingga September mendatang.

Pada Rabu (13/7), dua kali hujan lebat mengguyur Kota Minyak, yakni pertama pada dini hari sekitar pukul 04.00 Wita, dan hujan ke dua terjadi selama 90 menit mulai pukul 12.30 Wita.

"Hujan seperti itu akan sering terjadi sampai September nanti," kata Haris.

Hujan lebat yang kedua membuat sejumlah ruas jalan di Kota Balikpapan tergenang air dengan ketinggian hingga 30-40 cm selama 2 jam.

Limpasan air dari parit besar dan selokan di pertigaan Karang Anyar mencapai tinggi 30 cm tersebut, membuat banyak pengendara motor tidak berani melintas sehingga menimbulkan kemacetan sementara.

Agar kemacetan tak bertambah parah, petugas satpam komplek Pertamina Karang Anyar membuka portal dan memberi izin pengendara yang ingin menuju Jalan Yos Sudarso memintas komplek lewat jalan dekat Stadion Parikesit.

Turunan dan lembah di Jalan MT Harjono, pada ruas di antara pertigaannya dengan Jalan Sjarifuddin Joes dan Sekolah Internasional Raffles, air menggenang hingga setengah roda mobil "double cabin".

Pada 2015, Balikpapan malah mengalami krisis air bersih karena Waduk Manggar, waduk penampung air baku untuk PDAM Balikpapan, ketinggian muka airnya terus menurun karena tak ada hujan.

Musim kemarau juga menyebabkan api berkobar besar di Hutan Lindung Sungai Wain yang baru benar-benar padam setelah hujan turun pada bulan Januari. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016