Balikpapan (ANTARA Kaltim) -  Dexlite, bahan bakar diesel racikan baru Pertamina mulai dijual di Kalimantan setelah April lalu dikenalkan di Jawa, dan Balikpapan dipilih jadi kota penyaluran pertama.

"Kami terutama menyasar industri, perkapalan terutama," kata Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero) Ahmad Bambang di SPBU COCO Sepinggan di Balikpapan, Jumat.

Dexlite dijual Rp6.800 per liter, di bawah harga Pertadex yang Rp9.400 per liter. Pertamina menyiapkan 3 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Salah satunya adalah SPBU COCO Sepinggan tersebut.

Menurut Ahmad Bambang, dari ujicoba penjualan di Jawa, terlihat bahwa kapal-kapal berukuran 30 Gross Ton (GT) seperti kapal-kapal nelayan dan pelayaran antarpulau juga mengonsumsi Dexlite.

Penggunaan untuk transportasi darat juga diutamakan selain untuk mesin-mesin alat berat seperti eksavator dan buldozer.

Sampai akhir tahun ini Pertamina menargetkan bisa menjual hingga 10 persen pasar solar yang sudah ada selama ini. Menurut Ahmad Bambang, pada tahun 2015 lampau pasar di Indonesia menghabiskan tidak kurang dari 16 juta kilo liter solar (KL).

"Jadi sampai Desember nanti target kami bisa jual 1,6 juta KL Dexlite ini," jelasnya.

Dexlite adalah bahan bakar diesel yang dirancang memiliki kualitas lebih baik daripada solar biasa yang ada saat ini, namun dibawah Pertadex atau Dex, solar kualitas prima yang diluncurkan Pertamina dua tahun lalu.

Menurut Bambang, cetane number Dexlite adalah 51, sementara solar biasa 48, dan Pertadex 53.

Cetane number adalah angka yang menyatakan kualitas bahan bakar diesel. Semakin tinggi angkanya, semakin baik mutunya. Semakin tinggi angka setana atau cetane itu, menandakan bahan bakar tersebut semakin mudah terbakar, atau tidak perlu dikompres maksimal untuk menjadikannya meledak dan menjadi sumber tenaga mesin.

Dexlite juga memiliki angka kandungan sulfur (belerang) 1.200 ppm (part per million, per sejuta). Itu lebih rendah daripada solar (2.000 ppm), meskipun jauh juga lebih tinggi daripada Pertadex yang hanya 300 ppm.

Kandungan sulfur atau belerang di dalam bahan bakar dapat membuat terbentuknya asam yang membuat kerak yang bisa merusak saluran bahan bakar hingga komponen mesin.

"Sulfur yang tinggi juga penyebab polusi," jelas Ahmad Bambang. Gas sisa pembakaran dari mesin yang mengandung sulfur bila bertemu oksigen di udara bebas akan membentuk sulfur oksida, yang selanjutnya bila bersenyawa dengan uap air dapat menjadi asam yang karena sifat korosifnya menjadi sangat berbahaya bagi alam dan manusia.(*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016