Samarinda (ANTARA Kaltim) - Atlet anggar Indonesia gagal meraih tiket Olimpiade 2016, setelah hanya mampu bertahan hingga babak delapan besar pada prakualifikasi di Kota Wuxi, Shanghai, Tiongkok.
Manajer tim anggar Indonesia Muslimin ketika dihubungi dari Samarinda, Selasa malam, mengatakan dua atlet putri Indonesia, yakni Cintya Pua dan Dea Machelina harus terhenti di babak delapan besar setelah kalah dari lawan-lawannya.
Sedangkan Rizki Hafid berada peringkat enam belas dan beberapa atlet anggar lainnya sudah lebih dulu kalah di babak penyisihan.
"Kuota tiket Olimpiade hanya diambil satu atlet di setiap kelasnya, yaitu para juara. Pada prakualifikasi ini ada 16 kelas yang dipertandingkan di nomor degen, floret dan sabel untuk perorangan putra-putri," terang Muslimin.
Pada ajang prakualifikasi Olimpiade 2016 ini, Indonesia menurunkan tujuh atlet, terdiri atas tiga atlet dari Kalimantan Timur dan empat lainnya dari Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Jawa Timur, dan Riau.
Tiga atlet Kaltim tersebut atas nama Rizki Hafid (floret putra), Cintya Pua (floret putri), dan Dea Marcelina (sable putri).
Muslimin mengatakan kegagalan meraih tiket Olimpiade ini, karena ketatnya persaingan dengan atlet dari negara lain, seperti Tiongkok, Korea Selatan dan atlet pecahan negara semenanjung Balkan.
Tim anggar Indonesia ingin mengulang sukses Olimpiade 2012 di London dengan berhasil meloloskan satu atlet putri asal Jawa Timur, yakni Diah Permatasari.
"Sayangnya atlet andalan kita Diah Permata sari yang pernah melakoni olimpiade di Inggris, juga kalah di babak awal," jelasnya.
Setelah gagal di prakualifikasi Olimpiade, tim anggar Indonesia tidak langsung kembali ke Tanah Air, karena masih akan mengikuti Kejuaraan Asia di tempat yang sama.
"Kejuaraan Asia lebih ketat lagi persaingannya, karena sejumlah atlet dunia bakal ikut berlaga. Di prakualifikasi atlet dunia ini tidak ikut bertanding, karena sudah meraih tiket Olimpiade," jelasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
Manajer tim anggar Indonesia Muslimin ketika dihubungi dari Samarinda, Selasa malam, mengatakan dua atlet putri Indonesia, yakni Cintya Pua dan Dea Machelina harus terhenti di babak delapan besar setelah kalah dari lawan-lawannya.
Sedangkan Rizki Hafid berada peringkat enam belas dan beberapa atlet anggar lainnya sudah lebih dulu kalah di babak penyisihan.
"Kuota tiket Olimpiade hanya diambil satu atlet di setiap kelasnya, yaitu para juara. Pada prakualifikasi ini ada 16 kelas yang dipertandingkan di nomor degen, floret dan sabel untuk perorangan putra-putri," terang Muslimin.
Pada ajang prakualifikasi Olimpiade 2016 ini, Indonesia menurunkan tujuh atlet, terdiri atas tiga atlet dari Kalimantan Timur dan empat lainnya dari Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Jawa Timur, dan Riau.
Tiga atlet Kaltim tersebut atas nama Rizki Hafid (floret putra), Cintya Pua (floret putri), dan Dea Marcelina (sable putri).
Muslimin mengatakan kegagalan meraih tiket Olimpiade ini, karena ketatnya persaingan dengan atlet dari negara lain, seperti Tiongkok, Korea Selatan dan atlet pecahan negara semenanjung Balkan.
Tim anggar Indonesia ingin mengulang sukses Olimpiade 2012 di London dengan berhasil meloloskan satu atlet putri asal Jawa Timur, yakni Diah Permatasari.
"Sayangnya atlet andalan kita Diah Permata sari yang pernah melakoni olimpiade di Inggris, juga kalah di babak awal," jelasnya.
Setelah gagal di prakualifikasi Olimpiade, tim anggar Indonesia tidak langsung kembali ke Tanah Air, karena masih akan mengikuti Kejuaraan Asia di tempat yang sama.
"Kejuaraan Asia lebih ketat lagi persaingannya, karena sejumlah atlet dunia bakal ikut berlaga. Di prakualifikasi atlet dunia ini tidak ikut bertanding, karena sudah meraih tiket Olimpiade," jelasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016