Jakarta (ANTARA News) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menilai bahwa kondisi industri sawit pada 2016 akan mulai tumbuh positif jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, salah satunya didorong dengan mulai naiknya harga komoditas tersebut.

"Kita punya harapan positif tahun 2016 ini. Harga sudah mengalami kenaikan," kata Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono, saat melakukan kunjungan ke LKBN Antara, di Jakarta, Kamis.

Menurut Joko, harga komoditas crude palm oil (CPO) diharapkan bisa menyentuh angka 700 dolar AS per metrik ton. Tercatat, harga CPO hari ini Kamis (24/3) sebesar 705,00 dolar AS di Rotterdam untuk pengiriman April 2016.

Jika dilihat dari tahun lalu, lanjut Joko, untuk kinerja ekspor sendiri secara volume mengalami peningkatan menjadi kurang lebih sebanyak 26,3 juta ton. Hal tersebut berarti lebih dari 70 persen dari total produksi dalam negeri mampu menembus pasar dunia.

"Untuk volume cukup bagus, namun jika dilihat dari nilai mengalami penurunan. Tahun 2015 tercatat senilai 18,6 miliar dolar AS, sementara di tahun sebelumnya kurang lebih senilai 20 miliar dolar AS," kata Joko.

Menurut Joko, jika dilihat secara keseluruhan ekspor non migas Indonesia yang mencapai 137,73 miliar dolar AS pada 2015 lalu, maka sekitar 13,5 persen dari total ekspor non migas Indonesia adalah sawit dengan nilai mencapai 18,6 miliar dolar AS.

Joko menambahkan, dari total nilai ekspor sawit tersebut sesungguhnya belum mencakup semua produk-produk turunan sawit. Perhitungan itu hanya untuk CPO, Olein dan palm kernel oil (PKO).

"Produk turunan masih belum, akan kita perbaiki dengan BPS. Semua HS dan kelompok turunan itu harus masuk ke data, jadi nantinya akan lebih tinggi dari ekspor migas," kata Joko.

Menurut Joko, pasar ekspor CPO dari Indonesia masih terkonsentrasi ke beberapa negara seperti India, Tiongkok, Eropa, Pakistan, Bangladesh dan Timur Tengah. (*)

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016