Samarinda, (ANTARA Kaltim) - Seorang kiai di Provinsi Kalimantan Timur memandang Sungai Karang Mumus Samarinda dari tiga sudut, yakni sudut agama, ekonomi, dan akademisi, sehingga mulai pemerintah hingga masyarakat harus menyelamatkan keberadaannya.


"Dari sisi agama, banyak ayat-ayat AL-Quran yang mewajibkan kita menjaga keseimbangan alam, bahkan dalam hadis nabi juga dijelaskan dengan gamblang tentang pentingnya menjaga kebersihan," ujar KH M Rasyid di Samarinda, Minggu.

 

Hal itu diungkapkan Rasyid setelah memimpin lebih dari seratus mahasiswa - mahasiswi Universitas Nadlatul Ulama (UNU) Kaltim, memungut sampah di Sungai Karang Mumus (SKM) Samarinda.

 

Misalnya, lanjut dia, dalam Surah Al-Baqarah ayat 28 yang memiliki makna, semua alam yang diciptakan Allah diperuntukkan bagi manusia. Dalam hal ini pemanfaatannya harus ramah karena bukan satu dua orang yang memanfaatkan, tetapi semua orang yang hidup di sekitarnya.

 

Selanjutnya, dalam surah yang sama di ayat 30 disebutkan sebagai khalifah di muka bumi, manusia memiliki kewajiban merawat dan menjaga keseimbangan lingkungan. Jika hal ini diabaikan, alam itu sendiri yang akan murka.

 

"Bentuk kemurkaan SKM ini sudah pernah dirasakan warga Samarinda karena keberadaan sungai yang diabaikan dan justru dijadikan tempat pembuangan sampah. Kita lihat Samarinda sering banjir yang salah satunya aliran SKM tidak lancar, kemudian banyak ikan mati akibat pencemaran," katanya.

 

Di hadis juga disebutkan, lanjut dia, kebersihan merupakan bagian dari iman. Ini berarti siapapun yang mengaku Islam harus menjaga kebersihan lingkungan, sehingga warga Samarinda yang mengaku beriman dilarang mencemari maupun membuang sampah ke SKM.

 

"Kebersihan adalah sebagian dari iman. Kalau kita membuang sampah sembarangan dan tidak menjaga kebersihan lingkungan, berarti ada bagian keimanan kita yang hilang. Sungai ini miliki warga Samarinda, marilah kita jaga bersama," katanya.

 

Sedangkan ditinjau dari sisi ekonomi, lanjut kiai yang juga Ketua Yayasan UNU Kaltim sekaligus Ketua Tanfidziah PW NU Kaltim ini, dulu SKM merupakan tempat hidup berbagai spesies ikan dan udang, tetapi setelah pencemaran besar-besaran, kini berbagai sepesias itu hilang.

 

Ikan-ikan tersebut bisa kembali lagi asalkan masyarakat dan pemerintah bersama-sama menjaga keseimbangan alam, karena ada beberapa spesies ikan dari Sungai Mahakam yang bisa masuk ke SKM. Apalagi jika dilepas bibit ikan yang cocok berkembang setelah sungai itu bersih.

 

Ditinjau dari sisi akademisi, katanya, maka SKM bisa menjadi lokasi penelitian karena sesungguhnya sungai itu memiliki potensi besar baik potensi pariwisata, sumber ekonomi nelayan, lokasi pemancingan, menjaga kesimbangan alam, maupun lokasi hijau terbuka.

 

Dalam aksi oleh lebih 100 mahasiswa UNU Kaltim ke SKM tersebut, Misman, selaku Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah (GMSS)-SKM membagi tiga kelompok karena terbatasnya perahu yang hanya ada tiga unit.

 

Sebagian memungut sampah di sungai menggunakan perahu, sebagian memungut sampah di tepinya mulai titik Jembatan Kehewanan hingga ke arah hilir sampai Jembatan 2, dan sebagian lagi ke arah hulu sampai Jembatan Lambung Mangkurat. (*) 

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016