Samarinda (ANTARA Kaltim) - Provinsi Kalimantan Timur memiliki lima komoditas unggulan perkebunan yang hingga kini terus didorong pengembangannya, agar kualitas tanaman lebih baik sehingga berdampak pada naiknya produktivitas dan pendapatan petani pekebun.
"Lima komoditas unggulan yang terus kami kembangkan itu adalah perkebunan kelapa sawit, karet, kelapa dalam, kakao, dan perkebunan lada," ujar Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim Etnawati di Samarinda, Rabu.
Meskipun terdapat lima komoditas yang diunggulkan, lanjut Etnawati, bukan berarti jenis perkebunan yang lain tidak mendapat perhatian. Seperti perkebunan kopi, komoditas ini tetap menjadi perhatian karena memiliki pangsa pasar tersendiri.
Untuk perkebunan sawit, berdasarkan hasil pendataan pihaknya di akhir 2015, terdapat luas tanaman sawit mencapai 1.185.725 hektare (ha), sedangkan produksi tandan buah segar (TBS) mencapai 12.936.572 ton dan produksi CPO sebanyak 1,5 juta ton.
Jumlah ini mengalami peningkatan ketimbang tahun 2014 yang terdapat luas tanam sawit sebanyak 1.020.413 ha dengan produksi sebanyak 9.628.072 ton TBS.
Untuk perkebunan karet juga mengalami peningkatan luas tanam maupun produksinya. Misalnya pada 2013 luas tanam karet terdapat 101.156 ha dengan produksi 59.963 ton, tahun 2014 naik menjadi 113.485 ha dengan produksi 63.281 ton, dan tahun 2015 kembali naik menjadi 124.903 ha dengan produksi mencapai 69.417 ton karet.
Sedangkan untuk perkebuna kakao justru mengalami penurunan luas panen karena beralihnya fungsi lahan, sehingga dari luas tanam pada 2013 sebesar 10.999 ha dengan produksi 6.193 ton, pada 2014 turun menjadi 9.514 ha dengan produksi 4.053 ton, dan pada 2015 kembali turun menjadi 8.643 ha dengan produksi 3.648 ton.
Sementara dalam upaya ketersediaan benih unggul dan bermutu, maka pihaknya melakukan inventarisasi plasma nutfah komoditi perkebunan, sekaligus penetapan kawasan atau blok penghasil tinggi (BPT).
Plasma nutfah merupakan benih unggul bermutu yang sangat menentukan tingkat produktivitas dan mutu tanaman yang tinggi, terutama ketersediaan komoditi yang mempunyai arti penting bagi ekonomi, sosial, dan budaya di Kaltim.
Khusus untuk tanaman lada, lanjut dia, telah ditetapkan dua kawasan sebagai BPT, yakni di Desa Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara dan di Desa Sepaku, Semoi, Kabupaten Penajam Paser Utara, maupun di Kabupaten Berau.
"Lada asal Kaltim sudah dikenal luas sehingga mampu menembus pasar dunia dalam produk hilirnya, bahkan lada khas Kaltim ini sudah ditetapkan pemerintah sebagai varietas unggul nasional dengan nama Malonan 1," ujar Etna. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Lima komoditas unggulan yang terus kami kembangkan itu adalah perkebunan kelapa sawit, karet, kelapa dalam, kakao, dan perkebunan lada," ujar Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim Etnawati di Samarinda, Rabu.
Meskipun terdapat lima komoditas yang diunggulkan, lanjut Etnawati, bukan berarti jenis perkebunan yang lain tidak mendapat perhatian. Seperti perkebunan kopi, komoditas ini tetap menjadi perhatian karena memiliki pangsa pasar tersendiri.
Untuk perkebunan sawit, berdasarkan hasil pendataan pihaknya di akhir 2015, terdapat luas tanaman sawit mencapai 1.185.725 hektare (ha), sedangkan produksi tandan buah segar (TBS) mencapai 12.936.572 ton dan produksi CPO sebanyak 1,5 juta ton.
Jumlah ini mengalami peningkatan ketimbang tahun 2014 yang terdapat luas tanam sawit sebanyak 1.020.413 ha dengan produksi sebanyak 9.628.072 ton TBS.
Untuk perkebunan karet juga mengalami peningkatan luas tanam maupun produksinya. Misalnya pada 2013 luas tanam karet terdapat 101.156 ha dengan produksi 59.963 ton, tahun 2014 naik menjadi 113.485 ha dengan produksi 63.281 ton, dan tahun 2015 kembali naik menjadi 124.903 ha dengan produksi mencapai 69.417 ton karet.
Sedangkan untuk perkebuna kakao justru mengalami penurunan luas panen karena beralihnya fungsi lahan, sehingga dari luas tanam pada 2013 sebesar 10.999 ha dengan produksi 6.193 ton, pada 2014 turun menjadi 9.514 ha dengan produksi 4.053 ton, dan pada 2015 kembali turun menjadi 8.643 ha dengan produksi 3.648 ton.
Sementara dalam upaya ketersediaan benih unggul dan bermutu, maka pihaknya melakukan inventarisasi plasma nutfah komoditi perkebunan, sekaligus penetapan kawasan atau blok penghasil tinggi (BPT).
Plasma nutfah merupakan benih unggul bermutu yang sangat menentukan tingkat produktivitas dan mutu tanaman yang tinggi, terutama ketersediaan komoditi yang mempunyai arti penting bagi ekonomi, sosial, dan budaya di Kaltim.
Khusus untuk tanaman lada, lanjut dia, telah ditetapkan dua kawasan sebagai BPT, yakni di Desa Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara dan di Desa Sepaku, Semoi, Kabupaten Penajam Paser Utara, maupun di Kabupaten Berau.
"Lada asal Kaltim sudah dikenal luas sehingga mampu menembus pasar dunia dalam produk hilirnya, bahkan lada khas Kaltim ini sudah ditetapkan pemerintah sebagai varietas unggul nasional dengan nama Malonan 1," ujar Etna. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016