Samarinda (ANTARA Kaltim) - Jaringan Advokasi Tambang Kalimantan Timur mencatat selama kurun waktu empat tahun terakhir (2011-2015) sedikitnya 13 jiwa yang sebagian besar anak-anak tewas tenggelam di kolam bekas galian tambang batu bara di Kota Samarinda.

Dinamisator Jatam Merah Johansyah saat dihubungi di Samarinda, Rabu, mengungkapkan korban sebanyak itu terdata mulai 13 Juli 2011 hingga peristiwa terakhir pada Selasa (8/12/2015).

Korban terakhir atau ke-13 diketahui bernama Koko Handoko (16 tahun), siswa SMK 1 Kecamatan Sanga-sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, yang bertempat tinggal di RT 14 Kelurahan Bentuas, Kecamatan Palaran, Samarinda.

Korban dilaporkan hilang dan tenggelam saat berenang dengan teman-temannya di lubang bekas tambang batu bara yang berlokasi di Kecamatan Palaran.

Kurang dari satu bulan sebelumnya atau tepatnya 18 November 2015, peristiwa serupa menimpa Aprilia Wulandari (12 tahun), siswi kelas satu SMPN 25 Samarinda yang tenggelam di lubang bekas tambang batu bara di Lok Bahu, Samarinda.

"Kendati korban jiwa terus berjatuhan, hingga kini belum ada tindakan nyata yang optimal dari pemerintah daerah dan pusat. Ini sungguh sangat memprihatinkan," katanya.

Hingga saat ini, lanjut Johansyah, masih ada lebih kurang 150 lubang bekas tambang batu bara di wilayah Samarinda yang dibiarkan terbuka tanpa ada upaya reklamasi. Sebagian lubang tambang itu berlokasi di dekat permukiman penduduk.

"Kami akan terus mendesak pemerintah daerah dan pusat untuk secepatnya menangani masalah lubang tambang itu, jangan sampai korban-korban baru terus berjatuhan," tambah Johansyah.

Dari catatan Jatam Kaltim, sebagian besar korban tewas di bekas lubang tambang tersebut masih berusia anak-anak.

Seperti pada peristiwa 13 Juli 2011, lubang bekas tambang di Sambutan, Samarinda, menewaskan tiga orang anak, masing-masing kakak beradik Junaidi (13) dan Ramadhani (11) serta temannya Miftahul Jannah (10).

Pada 24 Desember 2011, dua orang anak yakni Dede Rahman (6) dan Emaliya Raya Dinata (3) tenggelam di kolam bekas tambang di dekat rumahnya di Perumahan Sambutan Indah Permai.

Setahun kemudian pada 25 Desember 2012, galian bekas tambang di Kecamatan Palaran merenggut nyawa bocah bernama Maulana Mahendra (11).

Selanjutnya pada 2014, Jatam mencatat ada dua kejadian serupa, masing-masing pada 8 April dengan korban meninggal Nadia Zaskia Putri (10) dan 22 Desember menimpa Muhammad Raihan Saputra (10).

Sedangkan tiga peristiwa "lubang tambang maut" terjadi pada 2015, yakni 30 April dengan korban Muhammad Naufal Madiansyah (12), 26 Mei menimpa penyandang tuna rungu Ardi Bin Hasyim (13), dan 24 Agustus dialami Muhammad Yusuf Subhan (11).  (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015