Bontang (ANTARA Kaltim) - Debat publik Pilkada Kota Bontang sesi kedua yang melibatkan Calon Wakil Wali Kota Isro Umarghani dan Basri Rase di Hotel Oaktree, Sabtu (14/11), berlangsung kondusif, meskipun sempat "panas" dengan diwarnai aksi saling dorong para simpatisan.

"Untuk debat kedua inisengaja dilakukan perombakan kecil dengan mengurangi segmen dari semula ada enam menjadi lima segmen," kata Ketua Komisi Pemilihan Umum Kota Bontang Suardi.

Segmen yang dihilangkan adalah sesi pendalaman visi dan misi yang digabung dengan sesi penjabaran visi misi dalam durasi waktu empat menit.

Suasana debat kandidat cawawali pada pertengahan sesi kedua sempat terjadi saling dorong antara para simpatisan kedua pendukung, namun petugas keamanan dengan sigap meredakan situasi tersebut.

"Tadi kita sudah sepakat tidak ada keributan. Mohon untuk menjadi perhatian kita semua," kata Suardi.

Pada sesi ketiga, moderator memberikan kesempatan kepada Cawawali Isro Umarghani menyampaikan visi dan misi terkait bidang pendidikan dan dana perimbangan pusat untuk kesejahteraan masyarakat.

"Peran kaum perempuan memang terbilang masih sedikit dalam jumlah pencari kerja di bidang lain, termasuk dengan pemenuhan kebutuhan keluarganya," jelas cawawali petahana nomor urut 1 ini.

Isro menjelaskan kaum perempuan ingin bekerja untuk meningkatkan kompetensinya dan pihaknya akan memberikan bantuan modal usaha tanpa bunga untuk mendongkrak pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya.

Sementara Cawawali nomor urut 2, Basri Rase menyatakan akan menggratiskan pendidikan mulai dari TK hingga SMA dan memberikan beasiswa bagi pelajar untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi sebagai upaya peningkatan kualitas SDM.

"Tadi anda menyinggung Sekolah Tinggi Ilmu Teknologi akan dijadikan perguruan tinggi negeri. Menurut saya pada tahun 2005-2011 adalah keadaan yang terseok-seok, bahkan pemerintah terdahulu dianggap gagal mewujudkan Stitek jadi PTN," tanya Isro pada segmen keempat debat.

Menurut Isro, meskipun berstatus perguruan tinggi swasta, yang penting lembaga itu memiliki kualitasnya bagus. "Dalam satu setengah tahun Stitek sudah bagus dalam segi SDM-nya dan kita berusaha untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang mumpuni beberapa perguruan tinggi swasta," kata Isro.  

Menanggapi hal itu, Basri Rase mengatakan pemerintah tidak fokus untuk meningkatkan SDM, termasuk menjadikan Stitek yang swasta menjadi negeri.

"Kita Harus optimistis bukan pesimistis, insya-Allah akan terealisasi jika kita fokus menjadikan Stitek menjadi negeri sama dengan PTS menjadi PTN di daerah lainnya," kata Basri.
 
Ketika giliran bertanya, Basri Rase menyoroti program jangka panjang "Berbudi Luhur" yang dinilai tidak mempunyai tolak ukur jelas, termasuk angka dan datanya, sehingga menjadi sebatas retorika belaka.

Isro Umarghani menjawab bahwa program berbudi luhur adalah membangun peradaban, tidak seperti resep obat yang langsung jadi. Visi berbudi luhur merupakan soft kompetensi, tolok ukurnya yakni peradaban, sebuah langkah untuk membentuk peradaban yang profesional. (*)

Pewarta: Irwan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015