Samarinda (ANTARA Kaltim) - Indeks Pembangunan Manusia di Kota Bontang menempati posisi tertinggi dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur, karena nilai tertinggi dari empat indikator pendongkrak berada di kota tersebut.

"Empat indikator untuk menentukan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) adalah angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, harapan sekolah, dan nilai pengeluaran atau biaya hidup per kapita," ujar Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kaltim Aden Gultom di Samarinda, Selasa.

Ia memaparkan hal itu saat acara sosialisasi aplikasi metode baru dalam perhitungan IPM, sesuai anjuran organisasi multilateral dunia bidang bantuan teknis dan pembangunan SDM, yakni United Nations Development Programme (UNDP).

Aden Gultom melanjutkan IPM Kaltim pada 2014 mencapai 73,82 persen. Persentase ini merupakan akumulasi dari 10 kabupaten/kota, dengan IPM di Kota Bontang merupakan tertinggi yang mencapai 78,58 persen.

Data BPS mencatat IPM di Bontang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan walaupun tidak siginifikan, misalnya pada 2010 IPM-nya 76,97 persen, kemudian 2011 naik menjadi 77,25 persen, tahun 2012 menjadi 77,55 persen, dan pada 2013 kembali naik menjadi 78,34 persen.

IPM 2014 tertinggi kedua di Kaltim adalah Kota Samarinda sebesar 78,39 persen, urutan ketiga ditempati Kota Balikpapan dengan IPM 77,93 persen, dan Kabupaten Berau dengan IPM 72,26 persen di posisi keempat.

Selanjutnya, Kabupaten Kutai Kartanegara dengan IPM 71,20 persen, Kutai Timur 70,39 persen, Paser 69,87 persen, Kutai Barat 68,91 persen, Penajam Paser Utara 68,60 persen, dan Mahakam Ulu yang merupakan kabupaten baru hasil pemekaran Kutai Barat, menempati posisi terendah dengan IPM 64,32 persen.

Secara nasional, lanjut Gultom, Kaltim patut berbangga karena IPM-nya berada di urutan ketiga, yakni setelah Jakarta dengan IPM 78,39 persen dan Yogyakarta dengan IPM 76,81 persen.

Dalam metode baru perhitungan IPM yang akan dilakukan, lanjut dia, terdapat tiga dimensi utama yang menjadi perhatian, yakni umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak.

Menurut ia, manfaat IPM sangat luas, di antaranya sebagai tolok ukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia, untuk menentukan peringkat pembangunan baik di tingkat daerah maupun negara.

"Bagi pemerintah Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja, IPM juga digunakan sebagai salah satu penentu dalam mengalokasikan dana alokasi umum (DAU)," kata Gultom lagi. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015