Samarinda (ANTARA Kaltim) - Bandar Udara Temindung yang kini lokasinya di tengah pemukiman padat penduduk di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, direncanakan pindah ke arah utaranya yakni Bandara Samarinda Baru pada 2016.
"Jika BSB tuntas sesuai target pada 2016 mendatang, tentu kami siap pindah ke BSB di akhir 2016 atau sekitar awal 2017, karena kondisi Bandara Temindung memang tidak bisa dikembangkan mengingat lokasinya di tengah pemukiman padat penduduk," kata Kepala Bandara Temindung Agus Pramuka di Samarinda, Sabtu.
Saat ini, panjang landasan pacu di Bandara Temindung hanya 1.050 meter, sehingga hanya pesawat berbadan kecil yang bisa mendarat seperti Kalstar dan Susi Air.
Selain itu, lokasinya juga di tengah pemukiman padat penduduk dan kurang layak untuk keselamatan penerbangan, bahkan jika hujan deras bandara itu banjir.
Untuk menggantikan lokasinya, saat ini telah dibangun BSB yang berlokasi di Kecamatan Samarinda Utara, sehingga ke depan bisa melayani pesawat berbadan besar dengan jumlah penumpang yang lebih banyak.
Menurut Kepala Dinas Perhubungan Kaltim Zairin Zain, pembangunan sisi darat BSB sudah tuntas sejak tahun lalu, sedangkan saat ini masih dalam proses pembangunan sisi udara, di antaranya pekerjaan landasan pacu sepanjang 2.250 meter x 45 meter, dari target total landasan pacu yang mencapai 2.500 meter.
"Untuk kelengkapan sisi darat sudah tuntas pembangunannya, termasuk terminal yang sudah dibangun dengan luas 15.000 meter persegi. BSB juga dilengkapi dengan 24 fasilitas pendukung lainnya, termasuk telah terbangunnya perumahan pegawai," kata Zairin.
Di bandara tersebut juga terdapat empat garbarata yang dikerjakan dari dana APBD Provinsi Kaltim senilai Rp640 miliar. Garbarata adalah fasilitas seperti jembatan tertutup yang menghubungkan antara terminal bandara menuju pesawat terbang.
Pembangunan landasan pacu BSB dilakukan mulai 2015 hingga 2016 yang dikerjakan oleh konsorsium tiga badan usaha milik negara (BUMN), yakni PT Waskita Karya, PT Hutama Karya dan PT Wijaya Karya.
BSB memiliki lahan sangat luas yang mencapai 310 hektare, bahkan akan ditambah menjadi 470 hektare, sehingga memungkinkan dibangun fasilitas lain, seperti kawasan khusus perawatan pesawat atau maintenance, repair and overhaul (MRO).
Keberadaan MRO dinilai menjadi kebutuhan dan merupakan peluang usaha berprospek, karena tidak semua daerah memiliki lahan yang cukup untuk menyediakan ruang perawatan pesawat.
Rencana BSB dijadikan MRO, tambah Zairin, karena melihat kondisi, terutama kebutuhan terhadap pemeliharaan dan perbaikan bandara secara umum, termasuk tempat parkir pesawat udara yang saat ini sangat sulit tersedia di Indonesia mengingat lahan sejumlah bandara yang kurang luas. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015
"Jika BSB tuntas sesuai target pada 2016 mendatang, tentu kami siap pindah ke BSB di akhir 2016 atau sekitar awal 2017, karena kondisi Bandara Temindung memang tidak bisa dikembangkan mengingat lokasinya di tengah pemukiman padat penduduk," kata Kepala Bandara Temindung Agus Pramuka di Samarinda, Sabtu.
Saat ini, panjang landasan pacu di Bandara Temindung hanya 1.050 meter, sehingga hanya pesawat berbadan kecil yang bisa mendarat seperti Kalstar dan Susi Air.
Selain itu, lokasinya juga di tengah pemukiman padat penduduk dan kurang layak untuk keselamatan penerbangan, bahkan jika hujan deras bandara itu banjir.
Untuk menggantikan lokasinya, saat ini telah dibangun BSB yang berlokasi di Kecamatan Samarinda Utara, sehingga ke depan bisa melayani pesawat berbadan besar dengan jumlah penumpang yang lebih banyak.
Menurut Kepala Dinas Perhubungan Kaltim Zairin Zain, pembangunan sisi darat BSB sudah tuntas sejak tahun lalu, sedangkan saat ini masih dalam proses pembangunan sisi udara, di antaranya pekerjaan landasan pacu sepanjang 2.250 meter x 45 meter, dari target total landasan pacu yang mencapai 2.500 meter.
"Untuk kelengkapan sisi darat sudah tuntas pembangunannya, termasuk terminal yang sudah dibangun dengan luas 15.000 meter persegi. BSB juga dilengkapi dengan 24 fasilitas pendukung lainnya, termasuk telah terbangunnya perumahan pegawai," kata Zairin.
Di bandara tersebut juga terdapat empat garbarata yang dikerjakan dari dana APBD Provinsi Kaltim senilai Rp640 miliar. Garbarata adalah fasilitas seperti jembatan tertutup yang menghubungkan antara terminal bandara menuju pesawat terbang.
Pembangunan landasan pacu BSB dilakukan mulai 2015 hingga 2016 yang dikerjakan oleh konsorsium tiga badan usaha milik negara (BUMN), yakni PT Waskita Karya, PT Hutama Karya dan PT Wijaya Karya.
BSB memiliki lahan sangat luas yang mencapai 310 hektare, bahkan akan ditambah menjadi 470 hektare, sehingga memungkinkan dibangun fasilitas lain, seperti kawasan khusus perawatan pesawat atau maintenance, repair and overhaul (MRO).
Keberadaan MRO dinilai menjadi kebutuhan dan merupakan peluang usaha berprospek, karena tidak semua daerah memiliki lahan yang cukup untuk menyediakan ruang perawatan pesawat.
Rencana BSB dijadikan MRO, tambah Zairin, karena melihat kondisi, terutama kebutuhan terhadap pemeliharaan dan perbaikan bandara secara umum, termasuk tempat parkir pesawat udara yang saat ini sangat sulit tersedia di Indonesia mengingat lahan sejumlah bandara yang kurang luas. (*)
Editor : Didik Kusbiantoro
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015