Samarinda (ANTARA Kaltim) - Tiga komoditas tercatat berpengaruh tinggi terhadap pertumbuhan ekonimi di Provinsi Kalimantan Timur, yakni komoditas migas, batu bara dan kelapa sawit sehingga ketika permintaan menurun, ekonomi Kaltim juga tumbuh melemah.

"Dulu harga batu bara dunia pernah mencapai 120 dolar AS per meter kubik sehingga pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur tinggi, tetapi mulai 2014 harga batu bara terus menurun dan saat ini di bawah 50 dolar AS sehingga ekonomi Kaltim juga melemah," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Kaltim Mawardi BH Ritonga di Samarinda, Kamis.

Pengaruh ekonomi global sangat kuat terhadap ekonomi Kaltim karena provinsi ini banyak melakukan ekspor batu bara ke sejumlah negara, sehingga ketika negara-negara tujuan ekspor tersebut mengurangi, bahkan meghentikan penggunaan batu bara, maka Kaltim terkena imbasnya.

Di China misalnya, kata Mawardi, sejak puluhan tahun lalu negara tersebut menghidupkan sejumlah industri dengan bahan bakar batu bara yang diimpor dari Kaltim, tetapi mulai 2014 China menerapkan kebijakan pengurangan penggunaan batu bara sebagai bahan bakar industri.

Pengurangan pemanfaatan batu bara karena Tiongkok beralih menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan baik sejenis bio fuel dan lainnya, sehingga jumlah ekspor batu bara dari Kaltim juga menurun.

"Beberapa hari lalu saya sempat bertemu salah seorang pengusaha batu bara di Kaltim. Pengusaha ini baru pulang dari Tiongkok. Menurut dia, dalam beberapa bulan terakhir langit Tiongkok cerah, sedangkan tahun-tahun sebelumnya, langit di Tiongkok selalu gelap karena asap industri dari bahan bakar batu bara," kata Mawardi.

Begitu pula dengan komoditas migas dan crude palm oil (CPO) dari kelapa sawit. Dua komoditas tersebut juga menjadi andalan Kaltim sebagai komoditas ekspor ke sejumlah negara, namun lagi-lagi banyak negara yang mengalami kelesuhan ekonomi dan mengurangi pembelian migas maupun CPO sehingga harga komoditi ini menurun.

"Sejumlah negara di Eropa makin tahun pengangguranya terus meningkat. Hal ini terjadi akibat negara tersebut juga mengalami kemunduran ekonomi. Bahkan Yunani sudah menjadi negara dengan perekonomian bangkrut. Kondisi ini diperkirakan akan diikuti negara lain," katanya. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015