Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Menara telekomunikasi di Desa Tiong Ohang, Kecamatan Long Apari, Kabupaten Mahakam Ulu, di perbatasan Kalimantan Timur, Indonesia dengan Sarawak, Malaysia, ternyata pernah tidak beroperasi selama sebulan karena kehabisan stok BBM.

"Beberapa waktu yang lalu. Menara BTS (base transceiver stattion) mati sebab kehabisan solar untuk genset," ungkap General Manajer Information Communication Technology (ICT) Kalimantan PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) Ardhiono Trilaksono di Balikpapan, Rabu.

BTS fasilitas yang memancarkan sinyal pembawa suara atau teks pesan pendek dan juga data. BTS di Desa Tiong Ohang melayani sekitar 5.000-an warga yang bermukim di daerah itu.

Nasib serupa juga pernah dialamai menara-menara yang ada di Kecamantan Long Lunuk, masih lingkup Kabupaten Mahakam Ulu, dan di Long Layu, Kabupaten Nunukan, serta Agung Baru, Kabupaten Malinau. Nunukan dan Malinau kini menjadi bagian dari Provinsi Kalimantan Utara.

"Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Mau mengeluh, ya kita tahu masalahnya apa yang juga masalah kita semua di sana. Harapan kami ke depannya bisa dipikirkan dan direncanakan lebih baik," kata Immanuel, warga Tiong Ohang, yang sedang berada di Balikpapan.

Sesuai dengan kesepakatan program kerja sama penyediaan jasa layanan telekomunikasi seluler di perbatasan tersebut, tanggung jawab memasok bahan bakar minyak untuk BTS berada di tangan pemerintah kabupaten.

Untuk operasional setiap BTS diperlukan lebih kurang 200 liter atau satu drum solar untuk dua generator per lima hari.

"Ya kita memaklumi juga. Tidak mudah tentu memasok BBM sampai ke sana. Belum lagi persoalan seperti anggaran yang tidak tepat waktu pencairannya dan lain-lain," kata Trilaksono.

Telkomsel sebagai salah satu anak perusahaan PT Telkom bertugas menyediakan teknologi informasi dan layanan yang diperlukan, termasuk sewa satelit untuk mewujudkan layanan itu. Sementara pengadaan menaranya berasal dari anggaran Pemprov Kaltim.

Seperti saat menambah panjang landasan untuk bandara-bandara perintis di wilayah perbatasan, Pemprov Kaltim meminta bantuan Kodam VI Mulawarman untuk membangun BTS-BTS tersebut.

Kodam VI Mulawarman kemudian menurunkan prajurit-prajurit Detasemen Zeni Tempur untuk melaksanakan amanat itu.

"Medan tempat BTS itu dibangun sungguh menantang, begitu pula jalan menuju ke lokasi. Karena itu, kontraktor biasa tidak mau mengerjakannya, karena risikonya terlalu besar," kata Ardhiono. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015