Balikpapan (ANTARA Kaltim) -  Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia bekerja sama dengan Chevron Indonesia mengembangkan pariwisata di Pulau Maratua, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, melalui program "Maratua Ecotourism for Sustainable Small Island" (MESSI).

Pencanangan kerja sama tersebut dilakukan Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) MS Sembiring dan Vice President Operations and Maintenance Chevron Indonesia Company Wahyu Budiarto di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (14/1) malam.

"Sederhananya, program pengembangan wisata ekologi di Pulau Maratua berbasis pemberdayaan masyarakat dan konservasi lingkungan," kata Wahyu Budiarto.

Pulau Maratua atau kecamatan Pulau Maratua adalah pulau terluar Indonesia di ujung Selat Makassar bagian utara dan merupakan pulau terbesar dari gugus Kepulauan Derawan di wilayah Kabupaten Berau, Kaltim.

Bersama Derawan, Sangalaki, dan Kakaban, Pulau Maratua yang memiliki populasi pendudukan sekitar 3.500 jiwa itu terkenal dengan objek wisata bawah air untuk menyelam, melihat ikan pari manta, penyu, dan terumbu karang.

Dengan pengembangan wisata berbasis masyarakat dan ekologi, diharapkan penduduk yang bermukim di Pulau Maratua bisa sejahtera dan mengambil banyak manfaat dari kegiatan pariwisata, selain juga ikut menjaga dan memelihara alam serta lingkungannya.

"Mereka tidak akan jadi penonton saja dari kemajuan yang hadir di tempat tinggalnya, tapi turut meraih kemajuan untuk kesejahteraannya," ujar Direktur Eksekutif Kehati MS Sembiring.

Yayasan Kehati sebelumnya sudah bekerja sama dengan masyarakat Kepulauan Derawan sejak 2001. Sementara program MESSI yang didukung Chevron difokuskan pada peningkatan mutu layanan pariwisata, sehingga memenuhi standar nasional dan internasional.

Wujud dari program tersebut adalah kegiatan peningkatan kemampuan para pemandu wisata melalui kursus-kursus, perbaikan kualitas tempat dan layanan homestay, hingga peragaman kuliner.

"Yang jelas, kami tidak ingin menjadikan Maratua sebagai Bali. Maratua akan lebih dikembangkan dengan ciri khasnya sendiri," tambah Wahyu Budiarto.

Untuk mendukung kegiatan pariwisata, Pemkab Berau sejak 2013 sudah membangun bandara dengan panjang landasan pacu 2.600 meter, yang memungkinkan pesawat berbaling-baling seperti ATR-72 bisa mendarat dan lepas landas.

Namun demikian, bandara tersebut belum bisa beroperasi sepenuhnya karena belum memenuhi syarat-syarat keselamatan penerbangan yang disyaratkan Departemen Perhubungan.

Dari Pulau Derawan, diperlukan waktu lebih kurang satu jam dengan kapal cepat kecil bermesin ganda menuju Pulau Maratua. Saat ini, wisatawan yang datang biasanya menginap di Pulau Derawan, baru kemudian berkunjung ke Maratua dan pulau-pulau lain di kepulauan itu. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015