Balikpapan (ANTARA Kaltim) -  Dinas Pariwisata Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, berharap pengembangan pariwisata di Pulau Maratua harus berbasis kelestarian lingkungan, karena selama ini cenderung mengabaikan pemeliharaan lingkungan dan sumber daya alam.

"Turis yang datang dalam rombongan besar ke Pulau Maratua, masing sering terlihat membuang sampah sembarangan ke laut. Ini bisa merusak kondisi lingkungan setempat," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Berau Rochyani di Balikpapan, Kamis.

Pulau Maratua terletak di wilayah Kecamatan Maratua, Kabupaten Berau. Pulau itu merupakan salah satu pulau terluar Indonesia di ujung Selat Makassar bagian utara dan Laut Sulawesi, yang berbatasan dengan Malaysia dan Filipina.

Selain turis, lanjut Rochyani, kerusakan juga diakibatkan ulah para penyelam yang menyentuh terumbu karang. Bahkan, ada wisatawan yang mencari telur penyu, baik untuk dikonsumsi atau untuk oleh-oleh, padahal hal itu sangat dilarang.

"Oleh karena itu, kami berharap melalui program MESSI (Maratua Ecotourism for Sustainable Small Island), bisa mengarahkan kegiatan wisata di Maratua ke arah lebih baik. Lingkungan tetap terpelihara dan turis banyak datang untuk berwisata," lanjut Rochyani.

"MESSI" adalah program yang dikerjakan bersama oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati dan Chevron Indonesia mulai Januari 2015. Dalam program tersebut dibuat kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan layanan kepada turis agar sesuai standar nasional maupun internasional.

Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) MS Sembiring mengatakan beberapa kegiatan yang dilakukan, antara lain pelatihan untuk pemandu wisata dan pedoman perbaikan homestay hingga sesuai standar internasional.

Selain itu, ada sosialisasi kepada masyarakat, terutama penduduk Pulau Maratua, mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam dan lingkungan tempat hidup mereka.

"Yang lebih penting, semua kegiatan ini melibatkan masyarakat sebagai aktor utama," katanya.

Menurut ia, Pulau Maratua yang masuk dalam gugusan Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, dikenal memiliki tingkat keanekaragaman hayati sangat tinggi.

Di lokasi itu terdapat lebih dari 1.000 spesies biota laut dan 832 spesies ikan karang yang hidup di Perairan Maratua dan pulau-pulau di sekitarnya, serta menjadi habitat penyu hijau (Chelonia mydas) dan ikan pari manta (Manta birostris).

Vice President Operations and Maintenance Chevron Indonesia Wahyu Budiarto menambahkan bersama Yayasan Kehati, pihaknya juga telah melaksanakan program "Green Corridor Initiatives" yang dimulai pada 2011.

Program itu berupa pembuatan koridor antara hutan konservasi Gunung Salak dan Taman Nasional Gunung Halimun dengan penanaman 250.000 bibit pohon.

"Hal itu bertujuan menyatukan habitat Owa Jawa (Hylobates Moloch) yang ada di kedua gunung itu. Populasi satwa itu tinggal lebih kurang 2.000 ekor dan hanya terdapat di Jawa bagian barat," katanya.(*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015