Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Bank Indonesia memperhitungkan dampak dari kenaikan harga BBM karena sebagian subsidinya dialihkan ke sektor lain hanya akan berlangsung paling lama 3 bulan.

"Kami perkirakan dampaknya tidak akan lama dan hanya bersifat sementara," kata Mawardi BH Ritonga, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Senin.

Kenaikan harga barang dan jasa sebab komponen BBM, menurut Mawardi, adalah hal yang dapat dimaklumi.

"Namun kenaikannya kami harapkan tidak berlebihan karena sesungguhnya yang naik hanya biaya distribusinya, sementara jumlah barang atau sarana pemenuhannya masih mencukupi kebutuhan," lanjutnya.

Untuk Balikpapan, menurut Kantor Perwakilan Bank Indonesia, bukanlah daerah dengan tekanan inflasi tinggi untuk saat ini. Semua suplai kebutuhan masyarakat cukup dan terpenuhi dengan baik.

Kecuali harga cabai yang melonjak sampai Rp100.000 per kg, lalu tarif angkot yang naik dua kali dalam sepekan, belum ada kenaikan harga barang dan jasa lain yang signifikan. Harga makan siang di warung sederhana, masih bisa didapat antara Rp12.000 hingga Rp18.000 per porsi.

Disisi lain, masyarakat Balikpapan memang dikenal memiliki daya beli cukup tinggi. Dalam sepekan kenaikan harga BBM, kecuali demo dan mogok sebagian sopir angkot, terlihat semua berjalan normal dan diterima apa adanya.

"Kami bisa memahami langkah yang ditempuh pemerintah. Memindahkan subsidi BBM untuk membiayai proyek yang lebih produktif itu lebih kena sasaran ketimbang membayari BBM untuk orang kaya," kata Limbong, pemilik jasa angkutan travel.

Walaupun demikian, Limbong juga menuturkan, bahwa hingga 3 hari pascakenaikan BBM, penumpang travelnya menyusut drastis. Dari 5 mobil yang dioperasikannya, saat itu hanya terisi satu mobil untuk tujuan Melak, Kutai Barat, lebih kurang 350 km barat laut Balikpapan.

Ia bisa memahami alasan pemerintah mengalihkan subsidi karena mengalami sendiri kerusakan jalan yang parah di rute-rute yang dilayaninya.

"Kalau uang subsidi BBM dibuatkan rumah sakit yang bagus dan jalan yang kuat tentu itu lebih baik," katanya. Ia juga kerap geram karena melihat pemilik mobil-mobil mewah ikut antre premium di SPBU.   (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014