Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Puluhan truk besar masih terlihat antre membeli solar di sejumlah stasiun penghisian bahan bakar umum (SPBU) di Kota Balikpapan, kendati harga bahan bakar itu dinaikkan Rp2.000 per liter.

"Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) solar bersubsidi dari Rp5.500 menjadi Rp7.500 per liter tidai berpengaruh. Kami tetap membeli kendati harga solar naik, sebab jika tidak kami tidak bisa beroperasi," kata Limbong, salah seorang sopir dan pemilik dump truk di Balikpapan, Jumat.

Ia mengatakan masih ada selisih yang cukup besar antara solar subsidi dengan solar nonsubsidi. Karena itu lebih baik antre membeli solar bersubsidi.

Menurut dia, harga baru solar subsidi setelah dinaikkan Rp7.500 per linter. Sebelumnya solar subsidi Rp5.500 per liter, sedangkan harga solar nonsubsidi mencapai Rp13.000 per liter.

"Jadi masih lebih murah Rp6.500 dibandingkan harga solar nonsubsidi. Karena itu kendati harus antre cukup lama tidak masalah," katanya.

Selain itu, kata dia, para sopir truk berharap ada kemudahan mendapatkan solar setelah kenaikan harga bahan bakar tersebut. Kenaikan harga tidak dipersoalkan asal solar bisa lebih mudah diperoleh dan barangnya tersedia cukup.

"Artinya kami tidak lagi harus antre sampai malam untuk membeli solar," Limbong yang ditemui di SPBU di KM-9 Jalan Soekarno-Hatta.

Di Kota Balikpapan memang diberlakukan pembatasan waktu pembelian bahan bakar bersubsidi, karena antrean panjang truk-truk besar di SPBU mengganggu usaha warga dan arus lalu lintas di lokasi itu.

Karena itu, Wali Kota Balikpapan akhirnya membatasi waktu pembelian solar bagi truk, hanya boleh membeli bahan bakar tersebut setelah pukul 23.00 WITA.

Wali Kota juga membatasi jumlah pembelian BBM subsidi, baik untuk solar maupun premium. Untuk truk, maksimal pembelian solar adalah Rp400.000. sedangkan premium untuk mobil dibatasi maksimal Rp100.000, dan untuk motor Rp30.000.

Solar bersubsidi juga disediakan hanya di sejumlah SPBU tertentu. Dari 12 SPBU yang ada di Kota Balikpapan yang menyediakan solar bersubsidi hanya di KM-15 Jalan Soekarno-Hatta, KM-9, di Jalan MT Haryono-Balikpapan Baru, dan di MT Haryono-Damai, serta di KM-4 Soekarno-Hatta.

Untuk bahan bakar nonsubsidi seperti solar industri dan pertamax tidak ada pembatasan. Pertamina juga menyediakan solar berkualitas tinggi, "Dex" yang dijual dengan harga Rp17.000 per liter.

"Jadi sebenarnya semua tersedia cukup. Hanya untuk BBM bersubsidi yang dibatasi pemerintah," Humas Pertamina Marketing Operation Region (Unit Pemasaran) VI Balikpapan kata Andar Titi Lestari.    (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014