Penajam (ANTARA Kaltim) - Konsultan pembangunan Jembatan Penajam Paser Utara-Balikpapan, Ahmad Faiz menilai, ketingian jembatan yang membentang diatas laut itu idealnya 50 meter.

"Selisih lima meter saja akan menambah biaya Rp1 triliun. Sehingga hitungannya harus tepat agar tidak membuang biaya. Jalur masuk teluk berbentuk palung ada yang kedalamannya 12 dan 13 meter sehingga kapal besar pasti kandas kalau melalui teluk itu. Jadi, tinggi 50 meter paling tepat," ungkap konsultan dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Kemitraan itu. 
   
Berdasarkan data dari Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Balikpapan kata Ahmad Faiz, beberapa kapal besar pernah melintas di Teluk Balikpapan diantaranya, "Million Trader" jenis "bulk carrier" yang memiliki tinggi dari lunas ke tiang paling atas 48,44 meter, sementara tinggi dari "summer draft" ke tiang paling atas 34,41 meter. 

"Itu data pasti. Artinya, masih di bawah 50 meter. Jika memasuki ruang bebas untuk kapal jaraknya cukup lebar 381 meter. Dua kapal bisa saling melintas bersamaan atau dua arah," katanya. 

Tujuan pembangunan Jembatan Penajam Paser Utara - Balikpapan, menurut Ahmad Faiz, telah tertuang dalam amanah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). 

Jembatan itu kata dia didukung jalan tol menembus "coastal road" Balikpapan ke Penajam. 

"Jika jembatan itu berdiri maka terjadi penghematan biaya transportasi antara Kaltim dan Kalsel. Perkiraan Rp124 miliar per tahun untuk saat ini, dan rata-rata Rp4,3 triliun per tahun untuk kurun waktu 50 tahun mendatang," ungkapnya.

Sementara, Bupati Penajam Paser Utara Yusran mengatakan, ketinggian jembatan itu telah dibahas secara ilmiah dan fakta yang ada memberi kepastian jika sebenarnya tidak ada masalah. 

"Semuanya mendukung. Begitu juga KSOP Balikpapan. Terpenting, Kementerian Perhubungan dan pegang kendali Gubernur," ungkap Yusran Aspar.

Yusran Aspar mengharapkan semua persoalan terkait pembangunan jembatan dapat segera terselesaikan, mulai dari mengesahkan tinggi jembatan hingga analisis dampak lingkungan (Amdal). 

Sempat tersiar kabar jika rencana pembangunan megaproyek Jembatan Penajam Paser Utara - Balikpapan melalui titik Nipahnipah - Melawai, terancam gagal. 

Pasalnya, sampai saat ini belum juga ditemukan solusi persoalan teknis, diantaranya meliputi ketinggian jembatan yang harus menyesuaikan dengan padatnya arus pelayaran maupun penerbangan serta desain jembatan yang dipaparkan kurang menguntungkan bagi Balikpapan.     (*)

Pewarta: Bagus Purwa

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014