Balikpapan (ANTARA Kaltim) -  Duta Besar Kerajaan Norwegia Stig Traavik menegaskan negaranya tetap berkomitmen menghibahkan dana sebesar satu miliar dolar AS untuk memelihara hutan-hutan Indonesia.

"Dananya masih tersedia sampai 95 persen," kata Stig Traavik di Balikpapan, Kamis, ketika bersama Sekretaris Daerah Kaltim Rusmadi, menjadi pembicara kunci dalam Pertemuan Inisiatif Parapihak untuk Mewujudkan Ekonomi Hijau di Kalimantan Timur.

Pertemuan itu diselenggarakan oleh Dewan Daerah Perubahan Iklim (DDPI) Provinsi Kalimantan Timur dan World Wildlife Fund (WWF/Dana Satwa Dunia)-Indonesia.

Pemerintah Norwegia menjanjikan uang tersebut untuk Indonesia dengan syarat Indonesia memelihara hutan-hutannya yang tersisa sebaik-baiknya.

Janji hibah itu juga melatari Program Pengurangan Emisi Karbon dari Penggundulan dan Kerusakan Hutan(Reduction Emission from Deforestation and Degradation) atau REDD sejak Konvensi Perubahan Iklim tahun 2007 di Bali, dan kemudian berkembang terus hingga REDD+. Indonesia disebutkan sebagai negara yang paling maju dalam pelaksanaan program ini dibanding negara-negara lain di dunia.

"Begitu Indonesia siap, maka dananya akan dicairkan,� sebut Traavik lagi. Dana itu akan diteruskan untuk komunitas dan program-program lingkungan.

Hutan dipercaya sebagai penyimpan karbon terbesar dan paling efektif di bumi. Bila tak disimpan di dalam tanah oleh pohon-pohon, karbon menjadi zat berbahaya seperti karbon dioksida, lebih-lebih lagi karbon monoksida. Karbon juga mengubah ozon menjadi oksigen dan karbon monoksida, padahal ozon memiliki peran menyaring sinar ultraviolet yang berbahaya bagi kehidupan di bumi.

Forum Ekonomi Hijau adalah wadah para pegiat ekonomi berbasis lingkungan dan ramah lingkungan.

The Nature Conservancy (TNC) bersama Badan Pengelola (BP) Program REDD+ memiliki cerita sukses di Kampung Merabu, Kabupaten Berau, juga di Kalimantan Timur.

Di kampung yang dikeliling areal konsesi perusahaan penebangan hutan yang masih aktif itu, masyarakat Lebo berhasil mempertahankan hutan mereka dari perambahan. Masyarakat juga berhasil hidup sejahtera dengan memanfaatkan hutan secara berkelanjutan.

"Di antaranya kami mengambil madu hutan, juga buah-buahan," kata Franly Apriliano Oley, Kepala Kampung Merabu. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014