Penajam (ANTARA Kaltim) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Penajam Paser Utara, menemukan 108 penderita "tubercolusa" (TBC) atau penyakit paru-paru.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara, Arnold Wayong pada acara pengukuhan perkumpulan penanggulangan TBC dan seminar penanggulangan TBC, Kamis mengatakan, angka itu belum menyentuh target karena baru 29 persen dari target nasional yang menargetkan menemukan berkisar 70 persen dari jumlah penduduk.
"Seharusnya dalam setiap 10.000 jumlah penduduk terdapat tiga penderita TBC, sementara jumlah penduduk Penajam Paser Utara, saat ini sudah mencapai 176.370 jiwa," ungkap Arnold Wayong.
Dinas Kesehatan kata Arnold Wayong secara rutin melakukan survei sejak 2007 hingga 2011 dan menemukan 21 penderita TBC kemudian pada 2012 melonjak drastis mencapai 201 penderita.
"Untuk semester dua dari 2013 sampai sekarang, jumlah penderita yang ditemukan mencapai 108 orang. Angka ini sesungguhnya masih kecil bila dibandingkan dengan angka rata-rata, dimana setiap 10.000 jumlah penduduk terdapat tiga penderita penyakit ini," katanya.
Penemuan penderita TBC di Penajam Paser Utara yang belum mencapai 70 persen, lanjut Arnold Wayong akibat kurangnya penderita melakukan pengobatan, karena masyarakat masih menilai penyakit TBC adalah penyakit keturunan.
Sedangkan untuk angka kesembuhan, setiap tahun terus mengalami peningkatan dan tahun lalu (2013) lanjut dia angka kesembuhan mencapai 90 persen.
"Ada juga penderita yang enggan berobat, karena bila diketahui menderita penyakit ini akan dikucilkan masyarakat, padahal, penyakit ini bisa disembuhkan. Penderita TBC bisa disembuhkan apabila secara teratur memeriksakan diri, termasuk minum obat secara teratur selama enam bulan," ungkap Arnold Wayong.
Saat ini lanjut dia, ditemukan 17 penderita TBC yang kebal terhadap obat anti penyakit ini dan di Balikpapan ada tiga orang penderita yang kebal terhadap obat.
"Untuk penyembuhan tetap bisa dilakukan, namun memerlukan biaya yang cukup besar. Setiap pasien yang berobat sampai sembuh, perlu biaya sampai Rp750 juta. Tinggal dikalikan saja kalau ada 17 penderita berapa biaya yang dibutuhkan. Sementara, untuk merawat pasien yang kebal obat penyakit TBC, hanya bisa dilakukan di RS Wahab Syahrani Samarinda, RS Kanujoso Djatiwibowo dan RS Tarakan," ujar Arnold Wayong.
Angka kematian para penderita TBC di Indonesia kata dia, cenderung mengalami penurunan namun demikian, penyakit TBC masih menjadi ancaman bagi warga Indonesia karena sampai saat ini masuk dalam urutan keempat jumlah penderita di dunia.
"Penyakit menular TBC atau penyakit paru-paru ini, masih merupakan ancaman terhadap kasus kesehatan masyarakat," kata Arnold Wayong. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara, Arnold Wayong pada acara pengukuhan perkumpulan penanggulangan TBC dan seminar penanggulangan TBC, Kamis mengatakan, angka itu belum menyentuh target karena baru 29 persen dari target nasional yang menargetkan menemukan berkisar 70 persen dari jumlah penduduk.
"Seharusnya dalam setiap 10.000 jumlah penduduk terdapat tiga penderita TBC, sementara jumlah penduduk Penajam Paser Utara, saat ini sudah mencapai 176.370 jiwa," ungkap Arnold Wayong.
Dinas Kesehatan kata Arnold Wayong secara rutin melakukan survei sejak 2007 hingga 2011 dan menemukan 21 penderita TBC kemudian pada 2012 melonjak drastis mencapai 201 penderita.
"Untuk semester dua dari 2013 sampai sekarang, jumlah penderita yang ditemukan mencapai 108 orang. Angka ini sesungguhnya masih kecil bila dibandingkan dengan angka rata-rata, dimana setiap 10.000 jumlah penduduk terdapat tiga penderita penyakit ini," katanya.
Penemuan penderita TBC di Penajam Paser Utara yang belum mencapai 70 persen, lanjut Arnold Wayong akibat kurangnya penderita melakukan pengobatan, karena masyarakat masih menilai penyakit TBC adalah penyakit keturunan.
Sedangkan untuk angka kesembuhan, setiap tahun terus mengalami peningkatan dan tahun lalu (2013) lanjut dia angka kesembuhan mencapai 90 persen.
"Ada juga penderita yang enggan berobat, karena bila diketahui menderita penyakit ini akan dikucilkan masyarakat, padahal, penyakit ini bisa disembuhkan. Penderita TBC bisa disembuhkan apabila secara teratur memeriksakan diri, termasuk minum obat secara teratur selama enam bulan," ungkap Arnold Wayong.
Saat ini lanjut dia, ditemukan 17 penderita TBC yang kebal terhadap obat anti penyakit ini dan di Balikpapan ada tiga orang penderita yang kebal terhadap obat.
"Untuk penyembuhan tetap bisa dilakukan, namun memerlukan biaya yang cukup besar. Setiap pasien yang berobat sampai sembuh, perlu biaya sampai Rp750 juta. Tinggal dikalikan saja kalau ada 17 penderita berapa biaya yang dibutuhkan. Sementara, untuk merawat pasien yang kebal obat penyakit TBC, hanya bisa dilakukan di RS Wahab Syahrani Samarinda, RS Kanujoso Djatiwibowo dan RS Tarakan," ujar Arnold Wayong.
Angka kematian para penderita TBC di Indonesia kata dia, cenderung mengalami penurunan namun demikian, penyakit TBC masih menjadi ancaman bagi warga Indonesia karena sampai saat ini masuk dalam urutan keempat jumlah penderita di dunia.
"Penyakit menular TBC atau penyakit paru-paru ini, masih merupakan ancaman terhadap kasus kesehatan masyarakat," kata Arnold Wayong. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014