Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan terdapat beragam tantangan dalam Proyek Strategis Negara (PSN) PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) unit Balikpapan.
“Dalam pembangunan ini, kita menghadapi pandemi COVID-19, kemudian krisis geopolitik," kata Menteri ESDM saat berkunjung ke Kantor PT KPI Balikpapan, Minggu (11/8).
Seperti yang diketahui, pandemi COVID-19 berhasil meluluhlantakkan ekonomi global. Sementara itu krisis geopolitik yang dimaksud Arifin adalah konflik Rusia dan Ukraina.
"Konflik ini turut mempengaruhi sistem logistik," ujarnya.
Selain itu, katanya owner dengan kontraktor juga menjadi tantangan dalam proyek obyek vital nasional tersebut.
Lanjutnya, untuk menuntaskan tantangan ini, Ia meminta Pertamina segera mengambil langkah dengan harapan pembangunan tak hanya mengejar target waktu tetapi juga memperhatikan kualitas.
Meskipun terdapat beragam tantangan, Arifin menegaskan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) tersebut tidak molor.
"Saat ini sudah mencapai 91persen, dengan sejumlah tantangan untuk memenuhi target 100 persen pembangunan," ucapnya.
Bila melihat capaian itu, dia optimis proyek itu bisa rampung dan beroperasi penuh tahun depan.
"Saya targetkan bisa beroperasi penuh pada September 2025 mendatang," ujarnya.
“Jadi kalau additional income, efisiensi bisa kami lakukan. Kalau terlambat kan kami juga rugi,” tuturnya..
Arifin menjelaskan, PT KPI unit Balikpapan memiliki dampak yang luas bila rampung sepenuhnya, seperti dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas bahan bakar minyak (BBM).
"Selain itu kilang ini juga ada tambahan produksi untuk LPG, polypropylene dan sebagainya,” jelasnya.
Dia mengemukakan bahwa proyek RDMP Balikpapan memiliki nilai investasi mencapai US$ 7,4 miliar.
"Nilai ini terdiri dari US$ 4,3 miliar berasal dari ekuitas, sedangkan US$ 3,1 miliar diperoleh melalui pinjaman yang didukung oleh Export Credit Agency (ECA)," ujar Arifin.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024
“Dalam pembangunan ini, kita menghadapi pandemi COVID-19, kemudian krisis geopolitik," kata Menteri ESDM saat berkunjung ke Kantor PT KPI Balikpapan, Minggu (11/8).
Seperti yang diketahui, pandemi COVID-19 berhasil meluluhlantakkan ekonomi global. Sementara itu krisis geopolitik yang dimaksud Arifin adalah konflik Rusia dan Ukraina.
"Konflik ini turut mempengaruhi sistem logistik," ujarnya.
Selain itu, katanya owner dengan kontraktor juga menjadi tantangan dalam proyek obyek vital nasional tersebut.
Lanjutnya, untuk menuntaskan tantangan ini, Ia meminta Pertamina segera mengambil langkah dengan harapan pembangunan tak hanya mengejar target waktu tetapi juga memperhatikan kualitas.
“Kita juga harus perhatikan kualitas, bukan hanya target waktu,” tegasnya.
Meskipun terdapat beragam tantangan, Arifin menegaskan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) tersebut tidak molor.
"Saat ini sudah mencapai 91persen, dengan sejumlah tantangan untuk memenuhi target 100 persen pembangunan," ucapnya.
Bila melihat capaian itu, dia optimis proyek itu bisa rampung dan beroperasi penuh tahun depan.
"Saya targetkan bisa beroperasi penuh pada September 2025 mendatang," ujarnya.
“Jadi kalau additional income, efisiensi bisa kami lakukan. Kalau terlambat kan kami juga rugi,” tuturnya..
Arifin menjelaskan, PT KPI unit Balikpapan memiliki dampak yang luas bila rampung sepenuhnya, seperti dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas bahan bakar minyak (BBM).
"Selain itu kilang ini juga ada tambahan produksi untuk LPG, polypropylene dan sebagainya,” jelasnya.
Dia mengemukakan bahwa proyek RDMP Balikpapan memiliki nilai investasi mencapai US$ 7,4 miliar.
"Nilai ini terdiri dari US$ 4,3 miliar berasal dari ekuitas, sedangkan US$ 3,1 miliar diperoleh melalui pinjaman yang didukung oleh Export Credit Agency (ECA)," ujar Arifin.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024