Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Balikpapan memprakirakan musim kemarau di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dimulai awal Agustus atau dasarian I Agustus 2024, namun hal ini tidak merata di seluruh Kaltim.
Ketidakmerataan musim terjadi karena wilayah Kaltim yang begitu luas hingga mencapai 127. 346,92 km persegi, ditambah dengan sebagian wilayah masuk garis ekuator dan sebagian lain lepas dari garis ekuator.
"Hingga akhir Juli ini diprakirakan masih terjadi hujan dengan rata-rata intensitas tinggi, namun pada dasarian I Agustus (1-10 Agustus) diprakirakan mulai kemarau," ujar Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan BMKG Balikpapan Kukuh Ribudiyanto di Balikpapan, Selasa.
Pada dasarian I Agustus, lanjutnya, awal kemarau yang dominan terjadi di beberapa wilayah seperti di Kota Samarinda, Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), sebagian wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, dan sebagian wilayah Kabupaten Kutai Barat.
Namun demikian musim kemarau di Kaltim cukup pendek, tidak seperti di daerah lain yang memiliki musim kemarau sampai enam bulan, bahkan pada musim kemarau pun sebagian wilayah di Kaltim masih terjadi hujan meski dengan intensitas rendah.
Baca juga: Penajam lakukan upaya atasi kesulitan air bersih dampak kemarau
Baca juga: Penajam lakukan upaya atasi kesulitan air bersih dampak kemarau
"Hujan yang akan terjadi di awal kemarau pada Agustus mendatang memiliki intensitas rendah yakni hanya 50 milimeter per bulan dengan puncak kemarau diprakirakan pada September. Musim kemarau di Kaltim cukup pendek karena berada di garis ekuator," katanya.
Berdasarkan analisis BMKG Stasiun Balikpapan, lanjutnya, sepanjang Juni lalu curah hujan di beberapa wilayah Kaltim memiliki intensitas tinggi dengan rata-rata 400 milimeter sebulan yakni terjadi di PPU, Samarinda, Balikpapan, sebagian Kutai Kartanegara, Kutai Timur, dan sebagian Kutai Barat.
Sedangkan pada Juli ini diprakirakan hujan dengan intensitas menengah yakni rata-rata 300 milimeter sebulan yang terjadi di sejumlah wilayah seperti Kabupaten PPU, Kota Balikpapan, dan Samarinda.
Terkait dengan potensi hujan dengan intensitas menengah bulan ini, ditambah dengan kemungkinan adanya angin kencang, maka ia mengimbau masyarakat selalu waspada terhadap dampaknya, seperti tanah longsor, jalan licin, banjir, hingga pohon yang bisa tumbang.
"Perlu juga diwaspadai kemungkinan terjadi hujan lebat pada masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau karena adanya awan kumulonimbus, yakni bisa terjadi hujan lebat sesaat yang disertai petir, angin kencang, hingga puting beliung," kata Kukuh.
Baca juga: Dinsos Paser salurkan 940 ribu liter air bersih selama musim kemarau
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024