Penajam (ANTARA Kaltim) - Sebanyak 8.780 hektare lahan sawah di Kabupaten Penajam Paser Utara, tidak ditanami karena para petani di daerah itu khawatir akan terjadi kemarau panjang.
"Kami mencatat 2.120 hektare sawah yang ditanami padi untuk musim tanam kedua ini, sementara 8.780 hektare dibiarkan tidak ditanami karena petani khawatir terjadi kemarau panjang," kata Kadis Pertanian Kabupaten Penajam Paser Utara, Joko Dwi Febrianto, Senin.
Banyak petani yang sengaja tidak bercocok tanam kata Joko Dwi Febrianto dengan pertimbangan, susah memperoleh air serta menghindari gagal panen.
Apalagi lanjut dia, mayoritas sawah di Kabupaten Penajam Paser Utara masih bergantung pada pola lama, yakni lahan pertanian tadah hujan, sehingga bila tanam padi dikhawatirkan mereka akan mengalami kerugian.
"Bagi petani yang berada jauh dari sumber mata air tentu harus menunda waktu bercocok tanam hingga musim penghujan tiba atau mengganti dengan menanam palawija sebagai ganti padi," kata Joko Dwi Febrianto.
Dari luas lahan pertanian produktif yang mencapai sekitar 11 ribu hektare, kata Joko Dwi Febrianto, hanya dua puluh lima persen yang ditanami padi, sementara lainnya banyak yang beralih menanam sayur mayur atau tanaman palawija yang lebih tahan terhadap cuaca panas.
"Musim kering ini juga mengakibatkan sejumlah petani meninggalkan sawah dengan begitu saja lantaran tidak bisa digarap karena sulitnya untuk mendapatkan air," ujar Joko Dwi Febrianto.
Untuk melakukan tanam kedua tersebut menurut Joko Dwi Febrianto, harus dilakukan peramalan yang dilakukan Dinas Pertanian bersama dengan Kantor Ketahanan pangan.
Peramalan dilakukan lanjut Joko Dwi Febrianto dengan menghitung ketersediaan air untuk sawah, kemudian hama dan persediaan pupuk serta menghitung kebutuhan lain.
"Jika peramalan sudah dilakukan, maka kami bersama dengan penyuluh pertanian lapangan (PPL) baru bisa memberikan rekomendasi kepada petani untuk melakukan penanaman padi musim tanam kedua ini," ungkap Joko Dwi Febrianto.
Jika peramalan salah tambah Joko Dwi Febrianto maka jelas petani akan mengalami kerugian yang cukup besar. Petani pernah melakukan penanaman padi, namun ternyata musim kemarau sehingga padi mati kekeringan dan mengalami.
"Kondisi seperti ini sudah sering kali terjadi setiap tahun sehingga untuk menutupi kebutuhan hidup selama kekeringan sebagian masyarakat banyak yang mengandalkan lumbung pangan dari hasil penen sebelumnya," kata Joko Dwi Febrianto. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014
"Kami mencatat 2.120 hektare sawah yang ditanami padi untuk musim tanam kedua ini, sementara 8.780 hektare dibiarkan tidak ditanami karena petani khawatir terjadi kemarau panjang," kata Kadis Pertanian Kabupaten Penajam Paser Utara, Joko Dwi Febrianto, Senin.
Banyak petani yang sengaja tidak bercocok tanam kata Joko Dwi Febrianto dengan pertimbangan, susah memperoleh air serta menghindari gagal panen.
Apalagi lanjut dia, mayoritas sawah di Kabupaten Penajam Paser Utara masih bergantung pada pola lama, yakni lahan pertanian tadah hujan, sehingga bila tanam padi dikhawatirkan mereka akan mengalami kerugian.
"Bagi petani yang berada jauh dari sumber mata air tentu harus menunda waktu bercocok tanam hingga musim penghujan tiba atau mengganti dengan menanam palawija sebagai ganti padi," kata Joko Dwi Febrianto.
Dari luas lahan pertanian produktif yang mencapai sekitar 11 ribu hektare, kata Joko Dwi Febrianto, hanya dua puluh lima persen yang ditanami padi, sementara lainnya banyak yang beralih menanam sayur mayur atau tanaman palawija yang lebih tahan terhadap cuaca panas.
"Musim kering ini juga mengakibatkan sejumlah petani meninggalkan sawah dengan begitu saja lantaran tidak bisa digarap karena sulitnya untuk mendapatkan air," ujar Joko Dwi Febrianto.
Untuk melakukan tanam kedua tersebut menurut Joko Dwi Febrianto, harus dilakukan peramalan yang dilakukan Dinas Pertanian bersama dengan Kantor Ketahanan pangan.
Peramalan dilakukan lanjut Joko Dwi Febrianto dengan menghitung ketersediaan air untuk sawah, kemudian hama dan persediaan pupuk serta menghitung kebutuhan lain.
"Jika peramalan sudah dilakukan, maka kami bersama dengan penyuluh pertanian lapangan (PPL) baru bisa memberikan rekomendasi kepada petani untuk melakukan penanaman padi musim tanam kedua ini," ungkap Joko Dwi Febrianto.
Jika peramalan salah tambah Joko Dwi Febrianto maka jelas petani akan mengalami kerugian yang cukup besar. Petani pernah melakukan penanaman padi, namun ternyata musim kemarau sehingga padi mati kekeringan dan mengalami.
"Kondisi seperti ini sudah sering kali terjadi setiap tahun sehingga untuk menutupi kebutuhan hidup selama kekeringan sebagian masyarakat banyak yang mengandalkan lumbung pangan dari hasil penen sebelumnya," kata Joko Dwi Febrianto. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014