Samarinda (ANTARA Kaltim) - Centre For Orangutan Protection (COP) berharap, pihak terkait dapat segera melepasliarkan orangutan terluka yang diberi nama May.
"Kami berharap, May bisa segera dilepasliarkan sebab saat ini kondisinya sudah membaik dan mulai makan," ungkap Manajer Area Centre For Orangutan Protection (COP) Kalimantan, Ramadhani, saat dihubungi dari Samarinda, Sabtu malam.
Pada Kamis sore (15/5), May, katanya, dipindahkan dari Kantor Balai Taman Nasional Kutai (TNK) Kota Bontang ke Kantor BKSDA Wilayah II Tenggarong, Kutai Kartanegara.
"Pada Rabu malam (14/5), dilakukan operasi terhadap May untuk menjahit luka sepanjang enam sentimeter di bagian punggung kanan. Setelah dilakukan pemantauan bersama dokter hewan kami (COP), pada Kamis (15/5) sore, menyusul kondisinya yang mulai membaik, maka bersama petugas Polhut BKSDA Kaltim, May dipindahkan ke BKSDA Wilayah II Tenggarong," ujarnya.
Menurut dia, terdapat 16 luka diduga hasil penganiayaan di tubuh May yang terdiri atas dua luka besar dan 14 luka kecil yang mayoritas berada di bagian telapak kaki dan tangan.
"Kami mensinyalir, penyiksaan terhadap May sudah berlangsung lama sebab dari hasil pengamatan selain luka baru, juga kami menemukan adanya luka lama. Luka terparah yang kami temukan yakni di bagian rahang kiri. Sebagian giginya juga patah, diduga akibat pukulan benda tumpul," ujar Ramadhani.
Sebelumnya, Kepala Seksi Pengelolaan TNK Wilayah 1 Sangatta, Hernowo Supriyanto, mengatakan, "pongo pygmeaus morio" atau orangutan Kalimantan itu, mengalami luka yang sangat parah.
"Ternyata, di kaki kanannya ada luka dan sudah bernanah, sepertinya akibat ditembak atau ditombak. Telapak kaki kanan juga luka, sehingga sudah tidak bisa lagi memanjat. Cari urat saja untuk diinfus sulit dan dikasih makan juga susah mengunyah karena mulutnya hancur. Jadi, sangat sedih melehatnya," ungkapnya.
Orangutan terluka itu, lanjutnya, diserahkan seorang warga Desa Separi Selatan, Kecamatan Bengalon, Kutai Timur, masih dalam kondisi terikat dan terluka itu pada Rabu (14/5).
"Kemarin (Rabu), kami menerima satu individu orangutan dari seorang pekerja sawit di Bengalon. Kondisi orangutan itu sangat lemah dan hampir mati, kaki dan tangan terikat, mulutnya robek, gigi dan gusinya hancur serta terdapat beberapa luka seperti luka bacok," ungkapnya.
Sementara, warga yang menyerahkan orangutan terluka itu, Badrul Arifin, mengaku, menemukan primata langka dan dilindungi itu sudah dalam kondisi terluka dan terikat.
"Awalnya, saya bingung mau bawa kemana sebab di Kutai Timur tidak ada kebun binatang. Namun yang saya tahu, ada TNK sehingga saya bawa ke Pos Sangkima. Wajar kalau warga marah sebab selama ini orangutan sering masuk ke kebun warga dan saya sempat mengingatkan warga agar tidak membunuhnya karena hewan itu dilundungi," katanya.
Selama ini, menurut dia, kerap terlihat orangutan memasuki kebun warga, akibat tergerusnya habitat mereka oleh aktivtas perkebunan kelapa sawit dan tambang batubara.
"Mereka (orangutan) hanya mencari makan dan kerap terlihat pada pagi dan sore hari. Kadang, orangutan itu juga terlihat di sungai dan hutan. Warga banyak yang tidak tahu kalau orangutan itu dilindungi bahkan menganggapnya sebagai hama karena kerap mengganggu kebun mereka," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014
"Kami berharap, May bisa segera dilepasliarkan sebab saat ini kondisinya sudah membaik dan mulai makan," ungkap Manajer Area Centre For Orangutan Protection (COP) Kalimantan, Ramadhani, saat dihubungi dari Samarinda, Sabtu malam.
Pada Kamis sore (15/5), May, katanya, dipindahkan dari Kantor Balai Taman Nasional Kutai (TNK) Kota Bontang ke Kantor BKSDA Wilayah II Tenggarong, Kutai Kartanegara.
"Pada Rabu malam (14/5), dilakukan operasi terhadap May untuk menjahit luka sepanjang enam sentimeter di bagian punggung kanan. Setelah dilakukan pemantauan bersama dokter hewan kami (COP), pada Kamis (15/5) sore, menyusul kondisinya yang mulai membaik, maka bersama petugas Polhut BKSDA Kaltim, May dipindahkan ke BKSDA Wilayah II Tenggarong," ujarnya.
Menurut dia, terdapat 16 luka diduga hasil penganiayaan di tubuh May yang terdiri atas dua luka besar dan 14 luka kecil yang mayoritas berada di bagian telapak kaki dan tangan.
"Kami mensinyalir, penyiksaan terhadap May sudah berlangsung lama sebab dari hasil pengamatan selain luka baru, juga kami menemukan adanya luka lama. Luka terparah yang kami temukan yakni di bagian rahang kiri. Sebagian giginya juga patah, diduga akibat pukulan benda tumpul," ujar Ramadhani.
Sebelumnya, Kepala Seksi Pengelolaan TNK Wilayah 1 Sangatta, Hernowo Supriyanto, mengatakan, "pongo pygmeaus morio" atau orangutan Kalimantan itu, mengalami luka yang sangat parah.
"Ternyata, di kaki kanannya ada luka dan sudah bernanah, sepertinya akibat ditembak atau ditombak. Telapak kaki kanan juga luka, sehingga sudah tidak bisa lagi memanjat. Cari urat saja untuk diinfus sulit dan dikasih makan juga susah mengunyah karena mulutnya hancur. Jadi, sangat sedih melehatnya," ungkapnya.
Orangutan terluka itu, lanjutnya, diserahkan seorang warga Desa Separi Selatan, Kecamatan Bengalon, Kutai Timur, masih dalam kondisi terikat dan terluka itu pada Rabu (14/5).
"Kemarin (Rabu), kami menerima satu individu orangutan dari seorang pekerja sawit di Bengalon. Kondisi orangutan itu sangat lemah dan hampir mati, kaki dan tangan terikat, mulutnya robek, gigi dan gusinya hancur serta terdapat beberapa luka seperti luka bacok," ungkapnya.
Sementara, warga yang menyerahkan orangutan terluka itu, Badrul Arifin, mengaku, menemukan primata langka dan dilindungi itu sudah dalam kondisi terluka dan terikat.
"Awalnya, saya bingung mau bawa kemana sebab di Kutai Timur tidak ada kebun binatang. Namun yang saya tahu, ada TNK sehingga saya bawa ke Pos Sangkima. Wajar kalau warga marah sebab selama ini orangutan sering masuk ke kebun warga dan saya sempat mengingatkan warga agar tidak membunuhnya karena hewan itu dilundungi," katanya.
Selama ini, menurut dia, kerap terlihat orangutan memasuki kebun warga, akibat tergerusnya habitat mereka oleh aktivtas perkebunan kelapa sawit dan tambang batubara.
"Mereka (orangutan) hanya mencari makan dan kerap terlihat pada pagi dan sore hari. Kadang, orangutan itu juga terlihat di sungai dan hutan. Warga banyak yang tidak tahu kalau orangutan itu dilindungi bahkan menganggapnya sebagai hama karena kerap mengganggu kebun mereka," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014