Sebagai kota bisnis dan industri di Kalimantan Timur, Balikpapan mulai bersolek menghadapi kenyataan baru menjadi pintu gerbang utama Ibu Kota Nusantara.
Kota Minyak itu kini makin sibuk, demikian pula orang-orang yang tinggal di sana. Waktu seakan menjadi sempit, begitu juga lahan yang tersedia.
Adalah Adi Suwito, Koordiantor Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Semarak Bina Mandiri Kelurahan Muara Rapak yang mengusung konsep rumah taman di lahan terbatas.
Pemanfaatan lahan sempit di kota pesisir itu, menurut Adi, bukan hanya sebagai pereda kesibukan sehari-hari melainkan juga penambah pundi-pundi kantong pribadi.
Dia pun menginisasi tanam anggur karena relatif mudah tumbuh di suhu kota Balikpapan.
“Memang itu tujuan awalnya, pemanfaatan lahan terbatas,” kata Adi beberapa waktu lalu tentang pembangunan area bercocok tanam yang mereka sebut green house.
Dapat tumbuh di lahan terbatas, sesuai suhu di Balikpapan, serta bermanfaat secara ekonomi, itulah alasannya mengusung rumah taman anggur.
“Nah, harga anggur selalu menggiurkan. Di tingkat petani saja bisa Rp100 per kg,” katanya. Dia mengasumsikan satu kilogram buah anggur bisa didapat dari 4-5 tandan buah. Sedangkan satu rambatan anggur bisa berisi puluhan tandan buah.
Anggur menjadi buah yang disukai hampir semua orang, juga hewan, terutama karena rasanya yang manis. Anggur bisa dimakan begitu saja, dan sudah sejak ribuan tahun juga diolah menjadi berbagai produk turunan.
“Lebih penting lagi, bertanam anggur bisa dilakukan di lahan terbatas. Di halaman rumah yang sempit bisa, cukup ditanam di dalam pot pun bisa,” kata Adi lagi.
Karena itu, warga RT 04 Kelurahan Muara Rapak sepakat menanam anggur di green house yang mereka buat. Apalagi, di Muara Rapak ada Hartono, pria yang setelah pensiun dari pekerjaannya jadi punya banyak waktu untuk mengerjakan hobi bercocok tanam.
Sejak 2020 ketika wabah COVID-19 tiba di Balikpapan, Hartono mulai belajar sambil jalan bercocok tanam anggur di pekarangan rumahnya. Tidak langsung sukses, tentu saja, namun dia terus belajar dan mencoba.
"Gagalnya karena perbedaan iklim dan cuaca sebab anggur aslinya buah dari kawasan dengan empat musim dan cuaca dan suhu harian tidak sepanas di Indonesia,” kata Hartono pada satu kesempatan.
Namun ia tak pernah menyerah. Sampai tanaman anggur yang ditanamnya tumbuh subur dan berbuah lebat. Dia bahkan sukses mengembangkan hingga 30 varietas anggur, diantaranya Portuguese Dream dari Portugal, Gosv atau Gift of Zaphorozye Viking yang berasal dari Ukraina, dan anggur Rizamat dari Uzbekistan.
Hartono dengan senang hati membagikan pengalaman dan ilmunya kepada warga atau siapa pun yang berminat menanam anggur. Apalagi, ada lahan dan fasilitas yang disediakan seperti green house tersebut.
Lurah Muara Rapak Bima Wibisono bahkan berharap jauh dari sekedar menanam di lahan sempit dan mendapatkan buah yang banyak untuk dijual. Bima berharap selain program itu bisa terus berjalan dan dikembangkan, juga nanti dikembangkan produk turunan atau produk berbahan baku anggur.
"Seperti sambal dan juga keripik dari daun anggur. Selain itu, saya berharap program itu dapat berlanjut terus-menerus," katanya.
Di sisi lain, pilihan warga RT 04 Muara Rapak bertani di lahan sempit menarik perhatian Pertamina. Muara Rapak adalah kelurahan yang melingkupi Kilang Pertamina Balikpapan.
“Bercocok tanam itu sesuai dengan program Kampung Iklim yang kami gagas,” kata Humas PT Kilang Pertamina International (KPI) Unit Balikpapan Ely Chandra Peranginangin.
Ia juga berharap Green House Tanaman Anggur dapat menjadi inisiatif dan contoh bagaimana masyarakat mengoptimalkan pemanfaatan lahan agar produktif serta mengenalkan budi daya anggur pada warga sekitar.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023