Ketua Yayasan Bioma, Akhmad Wijaya menekankan pentingnya menjaga kelestarian  hutan di Kalimantan Timur, sebagai upaya untuk mengurangi emisi karbon yang bertujuan untuk menahan pemanasan global.
 
"Perbedaan antara kawasan hutan dan areal konservasi harus diakui dan dipahami dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat," ujar Jaya usai mengisi materi penyebarluasan informasi mengenai program penurunan emisi karbon “Forest Carbon Partnership Facility – Carbon Fund (FCPF-CF)” di Hotel Fugo Samarinda, Kamis.
 
Dikemukakannya bahwa kondisi hutan di Kalimantan Timur saat ini menghadapi tekanan yang hebat, baik dari segi perizinan sektor tanaman industri maupun sektor batubara. Akibatnya, hutan-hutan di wilayah tersebut mengalami berbagai ancaman yang dapat merusak ekosistem dan lingkungan serta berdampak sosial pada masyarakat di sekitar.
 
Lebih lanjut, Jaya menjelaskan melalui program yang diusung oleh Yayasan Bioma adalah menjaga keberlangsungan hutan di Kalimantan Timur, Yayasan Bioma berkomitmen untuk melestarikan minimal 6,7 juta hektare hutan sebagai bagian dari kawasan hutan yang penting untuk fungsi ekologi dan kesejahteraan masyarakat setempat.
 
"Dalam proyek konservasi ini, fokus utama adalah pada hutan-hutan dengan tipe ekosistem yang beragam, seperti hutan pesisir, mangrove, estuariah, hutan gambut, dan hutan dataran rendah," katanya.
 
Selain itu, upaya pelestarian juga diberikan pada hutan dataran tinggi yang memiliki potensi besar dalam menjaga keanekaragaman hayati.
 
"Kawasan hutan Kalimantan Timur memiliki kekayaan alam yang luar biasa dengan berbagai tipe ekosistem sehingga harus dijaga dengan baik," kata Jaya.
 
Dia berharap program  tersebut dapat mengurangi tekanan dan ancaman terhadap hutan-hutan, sehingga keberlangsungan alam tetap terjaga dan berfungsi dengan baik baik secara ekologi maupun sosial bagi masyarakat.
 
Lebih lanjut, ia juga menyoroti sekitar 60 dari hutan-hutan  tersebut merupakan kawasan hutan dataran tinggi yang memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat.
 
"Oleh karena itu, pelestarian dan pengelolaan yang bijaksana harus dilakukan agar hutan dataran tinggi ini tetap lestari dan dapat memberikan manfaat jangka panjang," ucapnya.
 
Sementara itu, Ketua Harian Dewan Daerah Perubahan Iklim Provinsi Kalimantan Timur Daddy Ruhiyat, menerangkan capaian dalam pelaksanaan Program Forest Carbon Partnership Facility –Carbon Fund (FCPF-CF) yang berlangsung dari 2019 sampai 2020.
 
Menurutnya, hal itu adalah sebuah inisiatif strategis dalam upaya pencegahan deforestasi dan pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia. Program ini juga merupakan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam rangka mewujudkan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial.
 
"Capaian tersebut menyoroti berbagai aspek penting dalam upaya mengurangi deforestasi dan emisi gas rumah kaca di Indonesia," kata Daddy.
 
Daddy Ruhiyat menyebutkan, beberapa capaian dari Program FCPF-CF yang dapat diungkapkan antara lain potensi luas Areal Bernilai Konservasi Tinggi (ANKT) pada kawasan perkebunan berhasil mencapai 456.827 hektare. Hal ini menandakan komitmen untuk melindungi dan melestarikan kawasan hutan yang memiliki nilai konservasi yang tinggi.
 
"Program ini telah menambah luas areal perkebunan rakyat sebesar 1.250 hektar, memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam sektor perkebunan," kata dia
 
Selain itu katanya Kelompok Tani Peduli Api juga dibentuk di Kaltim  dan telah berhasil menjalin kerjasama dengan perusahaan, menandakan sinergi antara sektor swasta dan masyarakat dalam upaya pencegahan kebakaran hutan.
 
Daddy Ruhiyat menjelaskan luas Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) yang berhasil diamankan mencapai 545.713 hektare, memberikan perlindungan bagi keanekaragaman hayati dan ekosistem penting.
 
" Program FCPF-CF juga berhasil mencapai berbagai outcome utama, yakni  tingkat deforestasi yang sebelumnya mencapai 114.053 hektar per tahun (Baseline 1996-2006), berhasil dikurangi menjadi 19,31 hektare per tahun pada periode 2019-2020," papar Daddy.
 
Dikemukakannya  emisi gas rumah kaca yang sebelumnya mencapai 27,45 juta ton CO2 per tahun (Baseline 1996-2006), berhasil berkurang menjadi 4,68 juta ton CO2 per tahun pada periode 2019-2020.
 
Pengurangan emisi gas rumah kaca mencapai 31,92 juta ton CO2 pada periode 2019-2020, menandakan kontribusi yang signifikan dalam mitigasi perubahan iklim.
 
Tak hanya mencapai outcome utama, program ini juga mencapai outcome lainnya yang berdampak besar terhadap lingkungan dan masyarakat: Perluasan ANKT dan KEE berhasil meningkatkan perlindungan habitat keanekaragaman hayati.
 
"Apresiasi yang tinggi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam keberhasilan Program FCPF-CF, " kata Daddy Ruhiyat .
 
 

Pewarta: Ahmad Rifandi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023