ADAN Penelitian Pengembangan Daerah (Balitbangda) melakukan kajian yang dilanjutkan dengan seminar hasil riset sebagai angkah antisipatif terhadap terjadinya krisis kepemimpinan nasional dan daerah, serta minimnya informasi tentang kiprah tokoh-tokoh yang berasal dari Kutai Kartanegara.

"Ini juga sebagai respon terhadap minimnya terbitan buku dengan latar belakang pemikiran tokoh-tokoh inspiratif yang berasal dari Kutai Kartanegara," ungkap Kepala Balitbangda Hairil Anwar, pada seminar kajian untuk menghimpun dan menelusuri jejak para tokoh Kutai Kartanegara.

Tim peneliti Syaiful Aduar dan Soleh Pulungan, telah melakukan kajian untuk menghimpun dan menelusuri jejak para tokoh, dimana saja mereka mengabdikan diri memberikan kemaslahatan bagi lingkungan masyarakat, bangsa dan negara.

Hasil riset membuktikan bahwa tokoh inspiratif dari Kutai Kartanegara ternyata menghasilkan pemikiran, gagasan, dan pengabdian mereka bukan hanya mampu memiliki reputasi di tingkat provinsi tetapi hingga ke level Internasional.

Sejatinya, karya dan pengabdian tokoh Kutai Kartanegara hendaknya dapat menjadi sumber motivasi dan inspirasi bagi generasi muda Kukar.

"Karena mereka membuktikan melalui kerja keras, integritas yang tinggi dan jiwa profesional ternyata mampu mengukir prestasi yang layak menjadi teladan," ujar Syaiful.

Menurut Syaiful, di era globalisasi persaingan bukan hanya ditingkat nasional, tapi ditingkat bilateral dan tingkat Internasional yang jika Sumberdaya manusia tidak mampu bersaing tentu akan menjadi penonton belaka.

Berdasarkan riset tersebut, dua orang tokoh Kutai Kartanegara yang dinilai mampu berkiprah di tingkat internasional yakni Ir H Aji Ismet Hakim, lulusan IPB, pertama dari Kaltim.

Setelah menjadi Kepala Dinas Pertanian di Provinsi Kaltim, dan ikut  merintis berdirinya Universitas Mulawarman, Ismet ditarik ke Kementerian Pertanian.

Setelah berkarir di Jakarta, dengan penguasaan bahasa asing yang baik, Ismet kemudian dipromosikan menjadi pejabat di Badan PBB di bidang panganyakni FAO.

Ismet cukup lama bertugas di Roma, Italia, lalu berpindah-pindah ke Spanyol, ke negara-negara berkembang seperti Pakistan, Bangladesh, Thailand, dan negara Asia Fasifik lainnya dalam rangka mendukung program PBB tentang Pangan.

Salah satu prestasinya ketika berhasil menjadikan Presiden Soeharto dan Presiden Perancis meraih penghargaan atas keberhasilan dibidang pangan tahun 1984.

"Beliau seorang perencana dan praktisi pembangunan dan pertanian, terutama menyangkut isu-isu perkembangan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang," ungkap Syaiful.

Tokoh Kutai Kartanegara berikutnya yang berkiprah did unia internasional yakni, H Awang Bahrin SH, jebolan Fakultas Hukum Universitas Indonesia iyang sempat beberapa kali berpindah-pindah tugas sebagai diplomat lalu dipercaya menjadi Duta Besar Berkuasa penuh Indonesia di Turki.

Cukup meraih sukses di Turki bukti konkritnya adalah meningkatnya neraca perdagangan Indonesia dan Turki dengan surplus di pihak Indonesia.

Sebagai duta besar, Awang Bahrin memiliki jiwa entrepreneurship, dimana misi utamanya adalah bagaimana menjual produk Indonesia di Turki dan sebaliknya dengan membuka jaringan yang dapat diakses oleh pengusaha kedua negara.

Alhasil atas kerja keras Awang, transaksi perdagangan kedua negara melalui Kadin, pameran internasional terus mengalami peningkatan.

"Adanya hubungan psikologis kedua negara yakni sesama penganut agama Islam mayoritas sehingga, membuat celah-celah yang memiliki kesamaan budaya dan adat istiadat," demikian paparnya. (*)

Pewarta: Hayru Abdi

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013