Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Kebakaran yang melanda Nehas Liah Bing, desa adat Orang Wehea di Kecamatan Muara Wahau, Kutai Timur, pada pukul 04.00 WITA, Rabu dinihari (4/11) menghanguskan tiga rumah warga dan satu unit mobil.
Ledjie Taq, kepala adat Orang Wehea di Muara Wahau, Rabu, mengatakan, Nehas Liah Bing adalah desa adat Orang Wehea yang terkenal hingga mancanegara dengan Festival Lomplai.
"Tiga buah rumah dan sebuah mobil 'double cabin' hangus dalam peristiwa itu. Sebuah fasilitas usaha air isi ulang juga ludes terbakar. Kerugian ditaksir mencapai ratusan juta. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, katanya.
Ia mengatakan, yang hangus terbakar itu rumah Nenek Wong, Nenek Ping, dan rumah Yen Yau Ping. Satu rumah lagi hanya terbakar sebagian. Dinding sebelah kanan rumah milik Kejuk Dek sudah menyala namun tak lama kemudian berhasil dipadamkan warga.
Satu unit mobil pemadam kebakaran dan sejumlah petugas dari Kecamatan Muara Wahau juga datang membantu warga menguasai api.
Ledjie Taq mengatakan. menurut saksi mata, asal api dari rumah Yen Yau Ping yang kebetulan sedang kosong, ditinggal pemiliknya ke Samarinda. Untuk sementara para korban ditampung di rumah-rumah tetangganya.
Chris Djoka, pekerja Community Social Responsibility dari satu perusahaan kelapa sawit di dekat Nehas Liah Bing mengatakan, peristiwa kebakaran ini adalah yang kedua pada tahun 2013 ini.
Menurut dia, warga Nehas Liah Bing harus mulai memikirkan untuk memiliki unit pemadam kebakaran sendiri.
"Lokasi ini relatif jauh dari mana-mana desa lainnya, kata Chris.
Desa Nehas Liah Bing adalah desa terbesar dari 4 desa Orang Wehea, sub suku Dayak yang mendiami bantaran Sungai Wahau atau Sungai Wehea.
Saat ini orang Wehea juga terkenal dengan keteguhan mereka menjaga hutan adat yang diberi nama Huliwa atau Hutan Lindung Wehea, satu kawasan hutan primer yang masih asli seluas.
Ledjie Taq bahkan menerima Kalpataru atas pengabdiannya melestarikan lingkungan tersebut.
"Festival Lomplai" adalah semacam perayaan syukur Orang Wehea atas melimpahnya hasil panen dan kesejahteraan yang diberikan tanah air dan ibu pertiwi.
Festival tersebut digelar setiap tahun dan semakin banyak menarik minat turis mancanegara untuk berkunjung ke desa itu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
Ledjie Taq, kepala adat Orang Wehea di Muara Wahau, Rabu, mengatakan, Nehas Liah Bing adalah desa adat Orang Wehea yang terkenal hingga mancanegara dengan Festival Lomplai.
"Tiga buah rumah dan sebuah mobil 'double cabin' hangus dalam peristiwa itu. Sebuah fasilitas usaha air isi ulang juga ludes terbakar. Kerugian ditaksir mencapai ratusan juta. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, katanya.
Ia mengatakan, yang hangus terbakar itu rumah Nenek Wong, Nenek Ping, dan rumah Yen Yau Ping. Satu rumah lagi hanya terbakar sebagian. Dinding sebelah kanan rumah milik Kejuk Dek sudah menyala namun tak lama kemudian berhasil dipadamkan warga.
Satu unit mobil pemadam kebakaran dan sejumlah petugas dari Kecamatan Muara Wahau juga datang membantu warga menguasai api.
Ledjie Taq mengatakan. menurut saksi mata, asal api dari rumah Yen Yau Ping yang kebetulan sedang kosong, ditinggal pemiliknya ke Samarinda. Untuk sementara para korban ditampung di rumah-rumah tetangganya.
Chris Djoka, pekerja Community Social Responsibility dari satu perusahaan kelapa sawit di dekat Nehas Liah Bing mengatakan, peristiwa kebakaran ini adalah yang kedua pada tahun 2013 ini.
Menurut dia, warga Nehas Liah Bing harus mulai memikirkan untuk memiliki unit pemadam kebakaran sendiri.
"Lokasi ini relatif jauh dari mana-mana desa lainnya, kata Chris.
Desa Nehas Liah Bing adalah desa terbesar dari 4 desa Orang Wehea, sub suku Dayak yang mendiami bantaran Sungai Wahau atau Sungai Wehea.
Saat ini orang Wehea juga terkenal dengan keteguhan mereka menjaga hutan adat yang diberi nama Huliwa atau Hutan Lindung Wehea, satu kawasan hutan primer yang masih asli seluas.
Ledjie Taq bahkan menerima Kalpataru atas pengabdiannya melestarikan lingkungan tersebut.
"Festival Lomplai" adalah semacam perayaan syukur Orang Wehea atas melimpahnya hasil panen dan kesejahteraan yang diberikan tanah air dan ibu pertiwi.
Festival tersebut digelar setiap tahun dan semakin banyak menarik minat turis mancanegara untuk berkunjung ke desa itu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013