Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Dua bocah berusia empat tahun menjadi perokok berat di Balikpapan Timur, Balikpapan, Kalimantan Timur. Kelakuan kedua bocah itu tentu sangat tidak pantas dicontoh dan seharusnya menjadi "pelajaran" bagi para orangtua.

"Mereka jadi perokok berat, merokok berbungkus-bungkus sehari. Ini sangat memprihatinkan dan harus menjadi 'pelajaran' berharga bagi semua orangtua," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, drg Dyah Muryani, Selasa (1/10).

Menurut dia, pihaknya sudah berusaha menyembuhkan kedua balita itu dari ketergantungannya, tapi belum berhasil karena pengaruh lingkungan.

"Orang-orang di sekitar kedua balita tersebut adalah perokok, terutama kedua orangtuanya," katanya.

Kedua balita itu memulai merokok karena melihat ayahnya merokok, dan entah bagaimana, orangtuanya mengizinkan anaknya tersebut ikut-ikutan merokok.

"Akhirnya, kedua balita itu menjadi kecanduan, dan bila tidak

diberi rokok, mereka akan menangis dan terus meminta kepada orang tuanya," ujarnya.

Saat ini, katanya, pihaknya kembali mencoba menghilangkan ketergantungan balita itu dari kebiasaan merokok.

Ia juga berharap keluarga menyadari betapa bahayanya merokok, apalagi bagi anak kecil yang masih dalam masa pertumbuhan.

Dyah mengungkapkan, jumlah perokok di Balikpapan mencapai 3,8 persen dari jumlah penduduk yang mencapai 3,7 juta. Bahkan mengalahkan rata-rata nasional yang hanya berkisar 3,7 persen.

Para perokok tersebu terbanyak berusia muda, yaitu pada kisaran usia 19 hingga 40 tahun.

"Apalagi di Kaltim ini daya beli masyarakatnya kuat, mereka mampu beli berapa pun harganya," katanya.

Pemkot Balikpapan sendiri telah menerapkan larangan merokok di banyak tempat, terutama di ruangan berpenyejuk udara, terutama di kantor-kantor pemerintah swasta.

Larangan merokok bahkan melekat kepada karir. "Ada jabatan yang syaratnya berhenti merokok," kata Amir Syarifuddin, karyawan perusahaan swasta di Balikpapan. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013