Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Pemerintah Kota Balikpapan akhir September mengimpor sebanyak 100 ton kedelai guna memenuhi kebutuhan industri tahu-tempe di daerah ini, kata Asisten II Sekretaris Kota Balikpapan Sri Soetantinah.

"Kami berharap ini bisa membantu meredakan gejolak harga, baik harga kedelainya maupun harga tahu tempenya," kata Sri Soetantinah di Balikpapan, Sabtu.

Kedelai sebanyak 100 ton itu akan masuk secara bertahap mulai akhir September sampai pertengahan Oktober, katanya.

Harga kedelai naik dari Rp6.500 per kg menjadi Rp10 ribu per kg setelah pasokan berkurang. Berdasarkan kualitas kedelai, untuk yang kualitas sedang Rp9.700 per kg dan untuk kedelai kualitas baik Rp10.000 per kg.

Setelah harga bahan baku naik, perajin tahu tempe mengurangi ukuran produksi mereka.

Ia menyebutkan bahwa Balikpapan memiliki tidak kurang dari 40 perajin tahu-tempe. Sebagian besar mereka berlokasi di Somber, Balikpapan Utara, yaitu di kawasan yang memang sudah dikhususkan untuk mereka.

Ia menyebutkan untuk sementara pemerintah tidak bisa mengendalikan harga karena pengadaan kedelai hampir separo lebih dari impor.

Kacang jenis khusus yang menjadi bahan baku makanan tradisional Indonesia itu didatangkan dari Meksiko atau Amerika Serikat. Pertanian di dalam negeri baru bisa memenuhi 30 persen kebutuhan kedelai.

Sebagai komoditas impor dan didatangkan dari belahan dunia yang lain, harga kedelai sangat rawan gejolak. Mulai dari cuaca, baik saat tanam dan panen, maupun saat dalam transportasi pengiriman ke negara pengimpor.

"Untuk di negara kita, masih ada transportasi antarpulau yang menambah panjang rantai distribusi. Juga cuaca di perairan kita kerap membuat harga jadi tidak menentu," tambah Soetantinah.

Namun demikian, di tingkat konsumen, terutama di Balikpapan, tidak terjadi perubahan pola konsumsi yang signifikan. Warga Balikpapan yang terbiasa dengan kelangkaan pasokan, juga harga yang tinggi dari berbagai komoditas lain menerima hal ini sebagai kewajaran.

"Yang terjadi di Balikpapan ini kan sama saja dengan yang terjadi di kota atau daerah lain. Dalam hal kedelai, masalahnya cukup kompleks, mulai dari soal pertanian, artinya mengapa petani kita tidak menanam kedelai sendiri, soal tata niaganya, dan seterusnya," kata Tutuk SH Cahyono, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013